Daisypath Anniversary tickers

Nov 28, 2008

Diskon Sepatu


Alkisah pada suatu saat seorang calon pembeli bingung memilih sepatu di counter sepatu sebuah toserba. Tiga pasang sepatu di tangannya memasang tampang 'memelas', ingin dicinta dan dibawa pulang. :D

Toserba itu memiliki sebuah program diskon dengan skema yg agak 'rumit'.
Skema 1: Pembelian sepasang sepatu mendapat diskon sesuai angkat yang tertera di setiap kelompok sepatu. Di salah satu kelompok tertulis 20%, lainnya 25%, dst.
Skema 2: Setiap pembelian sebesar minimal 150.000 rupiah, pembeli memperoleh kupon diskon sebesar 50.000 rupiah yang dapat digunakan untuk pembelian berikutnya. Syarat tambahannya adalah bahwa kupon diskon hanya dapat digunakan untuk membeli barang nondiskon.

Nah.. si calon pembeli bingung dengan 3 pasang sepatu di tangan. Budgetnya sih maksimal sekitar seharga 2 pasang sepatu.. dengan harga nondiskon! Karena keterangan diskon rada mbulet, si pembeli tanya ke SPG dan dijawab:
sepatu A harganya 99.900 rupiah nondiskon
sepatu B harganya 109.900 rupiah diskon 25%
sepatu C harganya 119.900 rupiah diskon 25%


Setelah menimbang, mendengarkan, memperhatikan, dan mengkaji dengan seksama, sang calon pembeli teteup belum bisa memutuskan.
Milih 2 dari 3 pasang sepatu tersebut.. kayak disuruh makan nasi ATAU lauk.
Ambil ketiganya? Hmmm... gimana caranya biar dapet diskon maksimal? *ga mau rugi banget sih..*

Nov 4, 2008

Family Day!


Hari minggu yang lalu tanggal 2 November kami sedang menjalankan ritual, yaitu pergi ke gereja n jalan2. Menu jalan2 kami hari itu: service motor, belanja n makan siang.
Kami melihat ada kejadian yang kontras pada saat kami makan siang di Waroeng Steak di jalan Banda.
Di sebelah kiri depan meja kami kira-kira di posisi jam 10 terdapat sebuah keluarga muda dengan seorang anak kecil yang menurut pengamatan kami masih berumur 1 tahun. Keluarga tersebut tampak bahagia dengan si kecil karena masih lucu2nya, sehingga seluruh perhatian ayah-bundanya tercurah pada si kecil.
Di meja (masih sebelah kiri) arah jam 11 juga terdapat sebuah keluarga, ayah-ibu dengan 2 anak co-ce yang umurnya kira2 8-10 tahun lah. Di keluarga itu yang paling heboh justru kedua anak2nya dimana mereka saling bersenda gurau, asik lah pokoknya. Tapiii, si ayah malah justru sibuk memperhatikan Blackberry yang ada di tangan kirinya. Sejak keluarga itu masuk ke tempat makan sampai mereka selesai makan, si ayah masih melekatkan perhatiannya pada gadget yang canggih itu. Bahkan rela makan hanya menggunakan 1 tangan saja. Si Ibu tampak be-te karena sang suami malah justru sibuk dengan "mainannya".
Hari minggu adalah hari yang paling berkualitas untuk mendekatkan diri dengan keluarga, disini ditekankan "paing" karena mulai bangun tidur sampe seharian penuh bakal bisa dekat dengan keluarga terutama anak-anak, secara libur n nggak ngantor.
Melihat kedua keluarga itu kami sempat berpikir "ya iyalah, secara keluarga yang ini anaknya masih kecil n lucu, kalo yang satunya lagi kan udah pada gede.."
Memang bener sih anak2nya udah pada gede n bisa maen sendiri, tapi justru jangan dibiarkan. Saya memang bukan pakar tentang anak2 tapi paling tidak saya bisa membedakan mana ayah yang perhatian dengan anak dan mana ayah yang perhatian dengan "hanya" pada Blackberry (boro2 anak, istri disampingnya aja nggak diajak ngobrol!!).
Anak-anak yang sudah bisa diajak berkomunikasi justru harus diajak ngobrol, gunakan sebagai kesempatan untuk memberikan doktrin atau bekal2 dalam menjalani kehidupannya kelak, inilah momen berkualitas itu, atau paling tidak jalinlah komunikasi dengan anak2, biarkan mereka bisa merasakan bahwa mereka punya ayah yang sungguh-sungguh hadir dalam kehidupan mereka, bukan sekedar hadir secara fisik.
Membangun komunikasi dengan orang2 terdekat adalah hal yang paling utama, apalagi kita tidak pernah tahu anak2 kita kalau di sekolah ngapain aja, atau pada saat mereka bermain/bergaul dengan siapapun.
Biasakan anak2 bisa terbuka dengan orang tuanya, gimana caranya? Ya diajak berkomunikasi. Kapan? Setiap waktu, setiap saat dan gunakan semaksimal mungkin hari libur atau pada saat pekerjaan tidak terlalu mengganggu kehidupan.

Jangan sampai anak2 hanya merasa 'punya' ayah/ibu tapi tidak 'memiliki'.