Sekedar catatan kecil sebagai saksi berbagai peristiwa sehari-hari. Just like writing in our minds, to keep them alive inside our hearts.
Apr 25, 2007
Bersih yang tidak selalu "bersih"
Di tipi ladi ada proses wawancara antara presenter Selamat Pagi dengan seorang tukang sapu yang namanya Bobby.
Bobbu ini ternyata sudah 4 bulan belum menerima gaji, wuih...padahal dia harus menghidupi seorang istri dan seorang anak yang masih bayi.
Gimana coba caranya?? Bingung kan?? Tapi Tuhan selalu dapat memberikan rejeki pada mereka yang benar2 membutuhkan.
Tapi yang bikin kebangetan kok ya sampe 4 bulan ga gajian!?!?!?!
Ada apa gerangan???
Kemanakah uang gaji Bobby dan rekan2???
Para petugas kebersihan inilah yang berjasa membuat salah jalan protokol Jakarta tampak bersih, indah dan asri... bahkan tanpa gajipun mereka tetep bekerja!!
Luar biasa dedikasi mereka terhadap pekerjaan mereka....salut!
Anda sanggup??
Jalan protokol yang setiap hari disapu Bobby cs seringkali dilewati oleh para pejabat, bahkan yang mulia bapak presiden pun sering lewat.
Ketahuilah Pak, jalan yang tampak bersih ini disapu oleh orang yang belom digaji 4 bulan!!!
Memang jalanan jadi bersih, tetapi di balik itu masih ada yang belum bersih dari pihak manajemen. Entah siapa yang bertanggungjawab, segeralah penuhi hak2 para penyapu jalan.
Apr 22, 2007
My Beloved Family
Beda banget.. Jadi lebih mengenal lagi masing2 anggota keluarga yg biasanya jauh dari jangkauan. Jadi tau perkembangan terkini dan kondisi terakhir bapak, ibu, dan adek di rumah. Ternyata.. lumayan jauh beda dengan informasi yg kudapat dari hubungan2 telepon selama aku di perantauan.
=======
Bapak..
=======
Hmm. Orang tua yang sudah menjelang renta ini tetap saja bersemangat dalam setiap aktivitasnya.
Pekerjaan rutinnya mengharuskan beliau berangkat pagi pulang petang. Setiap pulang kerja, senyum yg semanis belasan tahun lalu (sepanjang ingatanku) masih terkembang di wajahnya yang dihiasi kumis dan jenggot tipis yang mulai memutih. Seruan,
"Anakku.. ",masih lantang diucapkannya sembari membuka pintu depan rumah walau tak ada bocah2 ingusan yang berebutan sembunyi di bawah meja makan atau di belakang pintu sambil terkikik-kikik menahan tawa, sekedar cari perhatian dan sedikit merepotkan Bapak dengan mencari-cari.
Waktu luangnya dihabiskan dengan senam ringan (geleng kepala, pushup, situp, sampai mencari t*l*k bebek - gaya senam favoritnya) sambil tak henti-henti mengajak putri-putri kecilnya yg lebih memilih membunuh waktu dengan menyaksikan infotainment. Segala macam janji dan jaminan diberikan:
"Ayo, gini.. ga bakal pusing lagi",
"Yonk, gerakan ini kalau dilakukan tiap hari bisa ngusir sakit perut selamanya! Bapak sudah buktikan",
"Ayo, I, memperlancar peredaran darah ni",
tapi kami anak2nya tetap tak tertarik walau kadang mau juga mengikutinya dengan terlebih dulu melipat muka. Padahal ajakan2 itu lebih dari cukup untuk menunjukkan betapa Bapak mengenal dan sangat peduli pada anak2nya.
Waktu luang lainnya dimanfaatkannya untuk menghibur diri, dengan permainan sederhana yang kuperkenalkan sejak rumah sederhana kami mendapat sentuhan teknologi - komputer. Kegemarannya adalah menyusun bola aneka warna dalam jumlah tertentu dan memperoleh poin, tapi kini mulai bergeser dengan permainan lain sejenisnya. Bola2 aneka warna tetap muncul. Kali ini, bola2 itu ditembaki dengan senjata katak. Hehe.
Di malam hari, beliau suka menambah menu makan malam dengan sepiring nasi goreng iso yang dijajakan berkeliling oleh penjaja yang sudah hafal selera beliau di luar kepala.
=====
Ibu..
=====
Memang tepat kl orang bilang, "Surga di telapak kaki ibu". Ibuku juga pantes dapet 'kehormatan' itu. Beliau seorang yg 'perkasa'! Walau ga ditunjukkannya dengan manjat genteng atau mendaki gunung lewati lembah dan kristalisasi keringat seorang diri, ibu beneran nunjukin bahwa wanita bisa disejajarkan dengan pria dalam banyak perkara.
Berangkat pagi dengan seragam kebesarannya semakin besar dengan jaket, slayer, sarung tangan, kain penutup kaki, helm dan 2 tas besar andalannya.. ibu menempuh beberapa kilometer (berapa ya??) menuju sekolah tempatnya mengajar. Menjelang sore, ibu kembali hadir di rumah dengan kelelahannya sendiri. Selama aku di rumah, ibu selalu meluangkan waktu sorenya untuk jalan-jalan berdua denganku, sekedar cuci mata dan melepas penat karena beban kerja sehari-hari.
Aktivitas baru dari ibu, beberapa kali dalam seminggu beliau menerima satu/ dua orang murid SMU lain untuk les privat Bahasa Inggris di ruang tamu rumah kami. Tak jarang pula, malam harinya masih diisi dengan kesibukan bisnis sampingan yang kini sudah mulai menampakkan hasil yang tak sedikit. Betapa waktu sangat berharga bagi ibu!
Ngomong2 soal pekerjaan ibu, salah satu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa inilah yang secara tidak langsung 'memprovokasiku' hingga terjebak di pekerjaan yg saat ini kutekuni. Belasan tahun hidup bersama seorang guru yang sepenuh hati mengabdi demi masa depan anak2 bangsa, aku melihat banyak hal positif yang ingin kutiru dari ibu. Tak sekedar perangkat otak yang selalu terasah karena tuntutan pekerjaan, tapi juga sifat unggul yang diperoleh ibu akibat interaksi dalam bekerja. Seorang guru dituntut sabar, ramah, keibuan, mengayomi, mampu melihat segala sesuatu secara objektif, serta rela mengorbankan waktu demi 'memperkaya' siswa-siswinya dengan ilmu.
Sifat keibuannya semakin kuat hari demi hari. Tatanan rumah kami merupakan kreativitasnya, berbagai perlengkapan rumah merupakan hasil perburuannya di berbagai tempat komersil, hidangan di meja makan harus lolos dari 'quality control'-nya, pakaian dan penampilan semua anggota keluarga.. hampir segala aspek dari kehidupan kami hingga poin2 terkecilnya, tak ada yg bisa lolos dari perhatiannya. Semakin kupikir, semakin ku heran. Ibu yg selalu ada di benakku adalah ibu yg senantiasa beraktivitas sambil mendendangkan berbagai jenis lagu.. dari keroncong, dangdut, pop sampai lagu gereja yg mendayu-dayu.
Bagi ibu, tak ada waktu luang kecuali jam tidur. Asal tidak tidur, ibu punya sejuta ide yang siap di-realisasi-kan, dengan atau tanpa dukungan orang lain. Koleksinya beragam: dari buku2 berbagai jenis, peralatan makan dan masak, tas, sepatu, baju dari segala jaman, sampai perhiasan beraneka warna dan bahan. Walau begitu serius, sedikit demi sedikit ibu mulai terkontaminasi juga dengan permainan yang disiapin adekku di komputer.
Bila kami (aku, adik dan Bapak) sering menyambut akhir hari dengan menyaksikan tontonan menjelang tengah malam di televisi, ibu 'hadir' diantara kami walau segera tertidur lelap dalam hitungan menit.
Ughhh.. susahnya jadi ibu!
=======
Mbak Wa
=======
Kakakku?? Bukan. Mbak Wa ini adekku. Entah kenapa n sejak kapan kupanggil dia dengan sapaan 'Mbak'. Aku masih ingat, kalau anak lain bahagia dapet adek karena bisa 'dikalah-kalahin', aku justru sebaliknya. Bahagianya sih sama, tp aku-lah yg lebih sering kalah ama adekku. Pertumbuhan tubuhnya lebih lancar dariku, ditambah dengan sikap cuek dan tak kenal rasa takut, adekku ini memang istimewa. Pengalamannya bergabung dengan tim pengibar bendera saat SMU dulu, membuatnya makin kuat dan lebih rapi dalam berpenampilan.
Cantik (walau sering disembunyikannya dengan malas menata diri),
rada tomboy (gaya busananya ga jauh2 dari celana jins yg ujungnya diinjek dan sepatu kets atau sandal jepit),
tertutup (sok misterius dengan rahasia2nya. curhat 'nanggung' adalah kebiasaannya),
perkasa (sekedar bukti bahwa dia emang anak Ibu kami yg perkasa),
ekspresif (terutama kalo ketawa),
hobi tidur (tapi males makan).
Beberapa kali aku menangkap sinyal 'minder'-nya padaku (hue hehehe.. geer-ku kali ya?), padahal aku juga minder ma dia. Bawa motor OK, renang jago.. pokoknya masalah fisik: serahkan pada Mbak Wa! Kekuatannya di atas cewek rata2. Otak ga kalah encer ma aku, walau beda aspek.
Mmm.. berhubung Mbak Wa ini sangat anti publikasi dan ga suka identitasnya terbongkar, cukup segini deh cerita tentang dia. Lagian, sejak kuliah di Jogja, sisi femininnya mulai kentara. Selebihnya.. pokoknya dia ni istimewa!
================
Adik Kecil(?)-ku
================
Namanya dik 'Yan', atau 'Han', atau 'Tolet' (semuanya berasal dari kependekan namanya yg diplesetkan). Sudah tak pantas lagi kusebut adik kecil, karena tak ada secuilpun di dirinya yang tidak lebih besar dariku. Mata besar dan bulu matanya yang lentik membuatku iri dari dulu hingga kini. Hidungnya besar. Pipi dan rahang besar, bahkan jerawat di atasnya juga besar! (hehe.. pizz Han!) Tangan dan jemarinya besar dan panjang. Kaki.. hhh.. no comment deh. Walau kurus, tinggi badan adekku ini di atas rata2. Pantes deh kl dia jadi inceran cewek2 di sekolahnya.
Biarpun cowok, perangainya lebih lembut dari kedua kakak perempuannya. Gaya berpakaiannya rapi dan necis.. bikin gemes yg ngliat. Masa' mau ke warung aja pake ikat pinggang n kaos dimasukin rapi ke celana? Padahal mbak-nya pake daster n ga sisiran! Ampuuun deh. Rancu sih.. sebenernya dia ni super rapi atau ga pede??
Kecerdasannya udah keliatan sejak kecil. Diajarin catur sama Bapak, dek Han mampu mengalahkan Bapak sesekali (beneran ga sih Pak?). Dipanggilin guru les privat organ, lulus dalam waktu singkat. Diajarin Bapak maen gitar akustik, sekarang pegangannya gitar elektrik. Bareng band yg dibentuk bareng temen2 sekolahnya, adekku ini mulai menunjukkan eksistensinya. Walau jarang bicara, gitarnya sering 'bunyi', kok!
"Ha?", ucapnya saat menyampaikan 'ya', 'tidak', bahkan menjawab pertanyaan dalam bentuk apapun. Hhh.. sepatah kata itulah yang paling sering terdengar. Pendiem? Pemalu? Cool?? Entahlah! Pokoknya dia cuma ngomong kalo dia merasa perlu ngomong. Tapi sekarang udah mulai pinter ngomong kok. Iya kan Han??
Satu kenangan berkesan bareng dek Yan adalah perjalanan ke Kuningan. Awalnya, aku udah kaget dengan berita Mbak Wa yang menyampaikan rencana dateng ke Bandung bareng Dek Yan. Hah?? Cowok rumahan itu mau diajak ke Bandung?? (belakangan kutahu, ternyata dia bersedia ikut ke Bandung karena pengen naek kereta! Hua hahahaha.) Berikutnya, selama perjalanan dan di Kuningan, kami (aku, Mbak Wa, M'Gun) makin yakin bahwa Dek Yan tu ga bisu. Tapi kenapa ya, kesehariannya kok lebih sering diem? Woiii Han, ngomong dong!
+++++++++++++
Yahh, demikian liputan singkat tentang orang2 paling berjasa dalam hidupku. Berjasa, terutama dalam membentuk aku menjadi aku seperti sekarang ini.
Trima kasih Tuhan, atas keluarga istimewa yang kauanugerahkan bagiku. Amin.
Apr 17, 2007
Empat Bulan
Tepat 4 bulan sejak perjalanan pertama ke Kuningan.
Mmm..
Hmm..
Hhh..
Speechless ni!!
Woi, mas.. Any comment?
Bosennn..
Hhh.. ga tau kenapa.
Bosennnn banget, rasanya!
Belum separah Rio Febrian di lagu 'Jenuh'-nya sih, tapi..
Pengen lari, pengen kabur.
Atau, ditelan bumi aja.
Rasanya bakal lebih mudah.
Sudut kecil hatiku berontak.
"Hidup memang selalu penuh masalah."
Justru kehadiran masalah yg itu2 aja inilah yg bikin bosen.
Setengah mati kuulang kata2 ini dalam hatiku:
"Boleh aja bosen, tp harus kutahan ucapanku.
Pengalaman mengajarkanku bahwa
kalimat keputusasaan yg berawal dari kebosanan akan segera kusesali dengan derai air mata.
Biarkan BOSEN singgah di hati, sampai ia bosan dan berlalu pergi"
Hhh.. tp beneran bosen nih..
Apr 12, 2007
Kualitas Pendidikan Terbaik di Dunia
Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.
Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.
Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. “Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian.” ungkap seorang guru di Finlandia.,”Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian.” Pada usia 18 siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! “Ini membantu siswa belajar betanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,” kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia,” Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas. Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.”
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. “Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah.” Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. “Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan.” Sambungnya.
Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu
untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan ‘Kamu salah!’ pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa,” kata seorang guru,” maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”. Benar-benar ucapan guru yang bertanggungjawab.
Diambil dari “Top of the Class” Fergus Bordewich.
Apr 10, 2007
Heaven by NIDJI (OST. Heroes)
Baru dapet info dari tayangan infotainment di tipi.
Prestasi yang cukup membanggakan karena salah satu lagu Nidji yang judulnya 'Heaven' dijadiin soundtrack untuk film serial Heroes khusus untuk regional Asia.
Di tipi Star World pernah ditayangin trailer-nya, kalo pengen liat ada disini nih:
Apr 3, 2007
Pindah Ruang..
Tanyaku terjawab sudah segera setelah kubuka pintu. Tarrra... tak cuma depan pintu ruangan yg tertata rapi, tp juga bagian dalamnya! Bersih banget! Barang2 'pribadi' 4 dosen sudah tak ada di dalam 'gudang' itu. Hebat kan?? (pembaca yg da sempet liat kondisi ruangku beberapa bulan ini, pasti tau maksudku..)
Wahhh.. pasti barang2 kami sudah dipindah ke ruang sebelah. Beberapa hari belakangan ini kami memang dijanjikan untuk pindah ruang kerja ke tempat yang lebih luas. Sementara itu, ruang yang semula kami tempati akan dialihfungsikan menjadi ruang sidang/ seminar (kembali ke fungsi semula).
***
Benar saja.. Di ruang yg baru, dengan mudah dapat kutemukan barang2-ku tercinta. Hmm.. setengah jam berputar2 di 'daerah kekuasaan'-ku, terasa ada yg aneh. Coba perhatikan, berikut ini adalah layout 'ruang'-kerjaku.
Wehehehehe.. Lebih luas sih, daripada ruangku sebelumnya. Tapi kok susah ya, pindah dari hadapan meja komputer ke meja utama. Trus, kok jauh ya, kl mo ngambil2 barang di lemari ataupun kabinet2?? Hmm.. musti diubah ni. Gmn yah, enaknya..
~ Back To Bandung ~
Dan seperti pagi2 biasanya harus kembali berjibaku dengan kemacetan dan lumpur sisa hujan semalam.
Bandung..I'm back!
(Udah ah...mo bikin laporan n pertanggungjawaban panjar, masalah sensitif niy!)
Apr 2, 2007
Selamat Pagi..
***
Pas aku baru lihat, reporter jalanannya (lupa sapa namanya, bsk kucari tau deh) lagi nongkrongin palang kereta api di jalan sempit daerah Klender, Jakarta. Ceritanya, di situ tuh ada petugas penjaga palang KA yg standby di sekitar posnya, palang KA-nya OK, bunyi peringatan kalo bakal ada KA lewat juga beroperasi dengan baik. Si reporter ini mo cari tau, para pengemudi patuh ga siyyy..
Hua hahahaha. Udah ketebak sih, hasilnya!
Yakk.. satu orang pelanggar, dua.. tiga.. empat (yang ketangkep kamera). Hehehehe.. puas banget si reporternya ketawa karena nemu buruannya. Lebih ngakak lagi dia pas seorang pelanggar palang sukses nyeberang rel kereta, tapi setelah itu ga nemu jalan di seberang gara2 udah penuh ama kendaraan dari arah sebaliknya! Hihihihi..
Dua pelanggar di-stop n diwawancarai pada waktu yang berbeda. Kompak banget lho, jawabannya! Kira2 demikian petikan wawancaranya..
Reporter : "Pak, boleh tau ga.. kan palang KA udah turun, petugas udah nyemprit2, peringatan juga udah bunyi tuh.. Trus knapa bapak tetep aja nerobos?"
Pelanggar: "Kan belum lewat.. Biasanya jg gitu gpp kok."
Reporter : "Ga takut tuh, kl tiba2 keretanya melintas gmn?"
Pelanggar: "Kalo keretanya lewat, ya ketabrak.. Tapi kan udah nengok kiri-kanan dulu tuh.. Jd ya gpp!"
Welleh!
***
Topik berikutnya.. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Udah sering dibahas sih.. Tp kali ini ada penanya (via SMS) yg kurang lebih bilang gini:
"Kan biasa tuh, kl istri melaporkan kekerasan yg dilakukan si suami. Kl sebaliknya, suami yg jadi korban tindak kekerasan istri, apakah disebut KDRT juga? Apakah boleh dilaporin juga?"
Iya yah?? Padahal ada juga kasus begitu. Kenapa jarang disorot? Kl muncul di berita juga paling satu ato dua kali disebut, trus ilang. Beda kalo istri yg jd korban. Dibahaa..as aja terus! Hehehe.
Kok kesannya aku ga belain kaumku yah?? Bukan gt sih.. heran aja. Apakah karena perempuan [masih] dianggap sebagai pihak yang lemah? Ato pihak lelaki yang jadi korban malu kalau di-ekspos terus? Merasa harga dirinya tercoret kl melaporkan istri yg semena-mena? Atau.. yg paling mungkin.. lelaki yg jadi korban bisa dengan mudahnya melakukan pembalasan, bahkan yg lebih kejam dari tindak kekerasan si istri??
Wahhh.. ga tau deh!
***
Bahasan lain, yg ga kutonton sampai selesai.. Ada dokter (kayaknya spesialis THT) yg ditanya,
"apakah membersihkan telinga dengan cotton bud [bener ga ya, nulisnya?], terutama pada bayi, itu baik?"
Jawabnya, "Sebaiknya itu tidak dilakukan. Sebenernya, Tuhan tuh udah bikin mekanisme yang sedemikian sempurna sehingga kotoran dalam bentuk apapun yg masuk ke telinga itu bisa keluar sendiri. Membersihkan telinga dengan alat apapun justru berbahaya bagi telinga. Cotton bud sebaiknya dipakai hanya untuk membersihkan relung2 telinga bagian luar. Di lipatan2 pada daun telinga."
"Tapi kan jorok, bu..", kata Dik Doank.
"Kotor itu perasaan kita aja kok. Kotoran yg mengganggu sih normalnya bakal keluar sendiri. Kecuali pada kasus khusus: penyakit, kemasukan serangga, dll. Kalau kita bersihin sendiri, berbahaya terutama karena di dalam telinga tuh ada membran timpani yg tipiiiis banget dan gampang pecah. Kl itu pecah, infeksinya ga cuma membahayakan pendengaran tapi juga indra penciuman."
Ooo...