Posting kali ini saya buat di Ungaran, tepatnya dusun Keji. Eit...bukan keji yang artinya kejam lho, cuman kebetulan saja nama dusun tempat saya tinggal ini memang demikian adanya, asal usul nama daerah ini akan saya posting terpisah.
Mudik ini memang sudah jadi kegiatan wajib di saat lebaran tiba. Memang siy, saya nggak ngerayain lebaran tapi saya juga ikut larut dalam euforia bersama saudara-saudara kita yang merayakan. Misalnya sama-sama kena kenaikan harga pokok kalo belanja, sama-sama harus ikut puasa (abisnya warung makan banyak yang tutup) tapi -syukurlah masi ada aja warung yang buka, sama-sama kena tuslah juga kalo mo mudik naik angkutan umum.
Biar ga kena tuslah, kami mudik menggunakan mobil pribadi...ehm...mobil pinjeman dari kantor Bapak yang bisa dipakai untuk pribadi (untungnya plat item, kalo plat merah kan dilarang tuh..). Meskipun tampilan mobilnya menunjukkan identitas perusahaan tempat Bapak bekerja, kami tetep PD, yang penting pulang, ga kepanasan, ga kehujanan.
Berangkat dari Bandung tepat pukul 13.30 dengan checkpoint pertama adalah kota Brebes dimana Ibu akan menanti disana karena pagi harinya Ibu sudah ke Brebes duluan dari Semarang, jadi sekalian mo pulang ke Semarang bareng-bareng. Cemas karena Ibu menunggu terlalu lama di Brebes, Bapak bener-bener kejar tayang nyetirnya, wus wus wuuuss.... perjalanan lancar sampai hampir keluar Cirebon tepatnya di Losari ternyata ada kemacetan yang panjang. Kira-kira setengah jam kami terjebak macet akhirnya lancar juga dan kami tidak tahu apa penyebab macetnya, asumsi awal penyempitan jalan, tapi kondisi jalan baik-baik saja deh...entahlah yang penting lancar.
Pukul 19.30 kami sampai di Brebes dan segera mencari meeting point yakni di halte bus. Dengan dandanan khas Ibu, kami dengan mudah menemukan beliau dan rombongan pun lengkap sudah. Tujuan berikutnya adalah tempat makan, karena memang sudah jam makan malam. Menu yang kami pilih adalah cap cay ayam dan ayam goreng kecap plus minuman hangat teh poci hmm...yummy!
Setelah perut terisi, perjalanan pun dilanjutkan dengan Ibu sebagai navigatornya.
O iya, perjalanan mudik kami ternyata berbarengan dengan rombongan mudik dari PDIP dengan nama "Pro Mega Pulang ke Desa!", menurut keterangan Ibu kira2 ada 100 bus yang membawa para Pro-Mega untuk pulang mudik. Tapi jangan disalah artikan kalo kami ini juga Pro-Mega lho, kebetulan aja bareng.
Tepat pukul 23.00 kami memasuki wilayah Semarang dan sampai di rumah d'ima kira-kira pukul 23.30 dan saya pun segera telepon taxi untuk mengantar saya melanjutkan perjalanan ke dusun keji ini.
Meskipun selama dalam perjalanan saya terserang flu, bersin-bersin dan keringat dingin, tapi syukurlah semuanya baik2 saja.
Welcome home... Have a nice mudik...
== IMA ==
Libur Lebaran kemarin sempet kepikiran: Kenapa sih, orang2 se-Indonesia (ato d negara laen juga? Ga tau deh..) pada ribut2 bareng, bela2in menerjang badai kendaraan - melawan jutaan orang lain - mendaki gunung - lewati lembah, bahkan dengan kendaraan dan bekal seadanya yang seringkali tampak dipaksakan.. demi menegakkan tonggak tradisi mudik Lebaran?
Padahal, para ahli dan pemikir teknologi tuh udah ga ada matinya berjuang menciptakan karya2 teknologi yang super duper canggih, yang -katanya- memperdekat jarak, mempersempit dunia, membuat yg jauh jadi deket.
Nyatanya.. tetep aja tiap lebaran -hampir- semua orang berebut tiket, ngantri panjang di tempat2 penukaran uang kecil, konvoi motor sepanjang jalur utama, menguras abis pundi2 BBM Pertamina, ..
Apakah ini berarti kemajuan teknologi yang super mutakhir 'kalah' dengan budaya yang berusia - entah berapa, yg pasti lebih tua - ??
No comments:
Post a Comment