Daisypath Anniversary tickers

Apr 21, 2008

Raden Ajeng Kartini


Kartini, ibu sejati
Ibu pelajar putri
Berjuang untuk wanita
Bercita-cita mulia

Sederajat putri dan putra
Indonesia bahagia

Inget Hari Kartini, tiba2 inget cuplikan lagu Ibu Kita Kartini di atas. Sayangnya, kok ndak ketemu ya, lirik lengkapnya?? Kecuali aku, ada yg kenal lagu di atas ndak?

Konon, karena jasa seorang Kartini-lah, putri dan wanita Indonesia bisa jadi seperti ini. Seperti ini gimana? Hehe.. Kebayang ga sih, seorang putri Jawa dengan busana kain khas Jawa, hidup tahun 1879-1804, kok bisa mikirin 'emansipasi'? Dan ternyata, pemikiran Kartini bukan cuma tentang emansipasi. Berikut adalah beberapa poin hasil pemikiran Kartini pada masa itu:
1. Keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Ia juga mengungkapkan harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar, untuk menjadi seperti kaum muda Eropa.
2. Kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia ungkapkan juga tentang pandangan: dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti.
3. Kartini juga mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah dan tersedia untuk dimadu pula.

Meskipun demikian, akhirnya pemikiran Kartini melunak setelah ia menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang walaupun sudah memiliki tiga orang istri ternyata bisa menghormati keinginan Kartini yang ingin memperjuangkan kebebasan berekspresi bagi wanita pribumi.

Dari penggalan cerita yang sering kita dengar tentang putri Jepara ini, pernahkah kita merenungkan hasil perjuangannya? Betulkah wanita Indonesia masa kini sudah merdeka, sudah memperoleh perlakuan yg setara dengan pria?

Menurut saya, implementasinya bukan hanya dengan membandingkan perubahan kostum gaya berbusana wanita. Yg dulu berkebaya dan kain hingga ujung mata kaki, kini makin bervariasi: rok dari yg panjang hingga yg hanya sejengkal, celana dari yg panjang hingga hampir tidak bisa disebut celana, you-can-see sampai sweater kedodoran, kemeja lengan panjang hingga tanpa lengan..

Bukan pula hanya sekedar melihat kenyataan banyak wanita yang menduduki posisi puncak di berbagai bidang kerja. Tapi juga harus bisa membuktikan, bahwa wanita bisa sejajar dengan pria dalam hal apapun, dalam pekerjaan apapun, dalam kondisi apapun. Kita bisa jadi Kartini kok, walau bukan istri Bupati, bukan pemimpin perusahaan, bukan pendiri sekolah, walau ga pakai kebaya dan kain, walau cuma seperti apa adanya kita. Kalau semua wanita Indonesia sadar bahwa dirinya bisa maju dalam kondisi apapun, Kartini-Kartini muda pasti bangkit di bumi Indonesia. Amin.

1 comment:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Computador, I hope you enjoy. The address is http://computador-brasil.blogspot.com. A hug.