Sekedar catatan kecil sebagai saksi berbagai peristiwa sehari-hari. Just like writing in our minds, to keep them alive inside our hearts.
Jun 30, 2007
Berkas 'Hangat'
IF ST3 menyediakan sebuah meja panjang di tengah gedung A untuk berkas ujian semester ini yang sudah boleh diambil oleh mahasiswa. Ternyata, bukan cuma mahasiswa yang tertarik dengan 'kehangatan' meja ini. Mungkin kucing ini kecapekan nyari berkas ujiannya di meja itu. Heuheuhehe..
Jun 29, 2007
Jun 27, 2007
Berry Vision dan Asthenof
Siang ini iseng2 cari tau tentang "Berry Vision" dan "Asthenof". Gara2nya, beberapa hari lalu sempet ke dokter mata buat minta rujukan n resep bikin kacamata baru. Ga taunya, malah diberi 'bonus' 2 macam obat tersebut. Apaan sih.. ga da keluhan apa2 kok dikasih obat. Ternyata..
===
Compositions:
Bilberry dry extract 80 mg, Retinol 1,600 IU, Vit. E 40 mg, Beta carotene 5 mg.
Indications:
Food supplement for maintenance of eye health
Dosages:
Tablet: 1 tab 2-3 times daily.
Dispersible Tablet:
-Children 6-12 year 1 tab 3 times daily.
- 1-6 year 1/2 tab 3 times daily.
Presentation:
Tablet: Box of 10 strips @ 10 tablets.
Dispersible Tablet: Box of 10 strips @ 10 tablets.
===
Asthenof.. bentuknya obat tetes.. ga dapet infonya euy!
===
Compositions:
Bilberry dry extract 80 mg, Retinol 1,600 IU, Vit. E 40 mg, Beta carotene 5 mg.
Indications:
Food supplement for maintenance of eye health
Dosages:
Tablet: 1 tab 2-3 times daily.
Dispersible Tablet:
-Children 6-12 year 1 tab 3 times daily.
- 1-6 year 1/2 tab 3 times daily.
Presentation:
Tablet: Box of 10 strips @ 10 tablets.
Dispersible Tablet: Box of 10 strips @ 10 tablets.
===
Asthenof.. bentuknya obat tetes.. ga dapet infonya euy!
16 tahun ??
Siang ini, aku menghubungi Bpk. IKD dalam rangka konfirmasi pembukaan Geladi 2007 di RDC Bandung.
(fyi. Geladi adalah sebuah program praktek kerja di PTT yang diselenggarakan ST3 bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan tahun kedua-nya untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan bekerja di industri nyata sambil menerapkan ilmu teoritis yang diperolehnya di bangku kuliah.)
Berikut petikan obrolan kami:
APK : "Selamat siang, pak! Dengan Bpk. IKD?"
IKD : "Dari siapa?" (ketus abiezz)
APK : "Angelina, STT Telkom" (mulai ngeper)
IKD : "Ada apa, gitu?"
APK : "Oh, ini dengan Pak IKD ya? Saya Angelina dari STT Telkom, Pak! Mau.. "
IKD : "Iyaa.. trus mau ngapain?"
APK : "Begini, Pak! Beberapa mahasiswa ST3 akan melaksanakan Geladi di RDC. Kebetulan saya bertugas.. "
IKD : "Emang kapan Geladinya?"
APK : (doengg..) "Rencananya tanggal 2 Juli - 10 Agustus, Pak! Tapi masih boleh menyesuaikan dengan kondisi tempat Geladi. Misalnya pada tgl 2 Juli ada kegiatan yang tidak dapat diganggu, bisa.. "
IKD : "Tanggal berapa??"
APK : "2 Juli - 10 Agustus, Pak!"
IKD : ".."
APK : "Saya sebagai pembimbing akademik ingin memastikan.. apakah tanggal 2 Juli tersebut saya sudah bisa mengantar adik2 mahasiswa untuk pembukaan Geladi atau bagaimana.."
IKD : "Dengan siapa ya, ini tadi?"
APK : "Saya Angelina, Pak!"
IKD : "Ini ibu dosen yah??"
APK : "Betul, Pak!" (yes!)
IKD : "Oh, aduh.. Maaf, kl begitu Bu! Punten pisan nya'! Saya kira tadi mahasiswa. Punten nya'! Suaranya juga meuni kayak anak 16 tahun kitu.. Atau jangan2 memang.."
APK : "Iya pak! Tidak apa2. Yahh.. memang baru 16 tahun lebih dikit kok!"
IKD : "Ha.. ha.. ha.. Punten pisan nya'! Sy lg berantakan ini.. bla bla bla.."
APK : "Iya, Pak! Tidak apa2. Jadi .. gimana dengan Geladi-nya Pak?"
IKD : "Oh.. begini.. "
--- dst ---
Ughhh. Entah sudah berapa kali aku bermasalah dengan hubungan via telp. Terutama sih kalo belum pernah ketemu langsung dengan ybs. Adakah yg bisa ngajarin, gmn ngebentuk suara yg berwibawa?? Penting neeh! Hehehehe..
(fyi. Geladi adalah sebuah program praktek kerja di PTT yang diselenggarakan ST3 bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan tahun kedua-nya untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan bekerja di industri nyata sambil menerapkan ilmu teoritis yang diperolehnya di bangku kuliah.)
Berikut petikan obrolan kami:
APK : "Selamat siang, pak! Dengan Bpk. IKD?"
IKD : "Dari siapa?" (ketus abiezz)
APK : "Angelina, STT Telkom" (mulai ngeper)
IKD : "Ada apa, gitu?"
APK : "Oh, ini dengan Pak IKD ya? Saya Angelina dari STT Telkom, Pak! Mau.. "
IKD : "Iyaa.. trus mau ngapain?"
APK : "Begini, Pak! Beberapa mahasiswa ST3 akan melaksanakan Geladi di RDC. Kebetulan saya bertugas.. "
IKD : "Emang kapan Geladinya?"
APK : (doengg..) "Rencananya tanggal 2 Juli - 10 Agustus, Pak! Tapi masih boleh menyesuaikan dengan kondisi tempat Geladi. Misalnya pada tgl 2 Juli ada kegiatan yang tidak dapat diganggu, bisa.. "
IKD : "Tanggal berapa??"
APK : "2 Juli - 10 Agustus, Pak!"
IKD : ".."
APK : "Saya sebagai pembimbing akademik ingin memastikan.. apakah tanggal 2 Juli tersebut saya sudah bisa mengantar adik2 mahasiswa untuk pembukaan Geladi atau bagaimana.."
IKD : "Dengan siapa ya, ini tadi?"
APK : "Saya Angelina, Pak!"
IKD : "Ini ibu dosen yah??"
APK : "Betul, Pak!" (yes!)
IKD : "Oh, aduh.. Maaf, kl begitu Bu! Punten pisan nya'! Saya kira tadi mahasiswa. Punten nya'! Suaranya juga meuni kayak anak 16 tahun kitu.. Atau jangan2 memang.."
APK : "Iya pak! Tidak apa2. Yahh.. memang baru 16 tahun lebih dikit kok!"
IKD : "Ha.. ha.. ha.. Punten pisan nya'! Sy lg berantakan ini.. bla bla bla.."
APK : "Iya, Pak! Tidak apa2. Jadi .. gimana dengan Geladi-nya Pak?"
IKD : "Oh.. begini.. "
--- dst ---
Ughhh. Entah sudah berapa kali aku bermasalah dengan hubungan via telp. Terutama sih kalo belum pernah ketemu langsung dengan ybs. Adakah yg bisa ngajarin, gmn ngebentuk suara yg berwibawa?? Penting neeh! Hehehehe..
Jun 25, 2007
Wiken di Suruhan
Woops.. akhirnya berlalu juga. Abis deg2an n susah tidur semaleman, hari minggu berlalu juga.
Akhir pekan ini berkesempatan pulang walau tanpa perencanaan yang cukup matang. Gara2 m'Gun n Bapak sama2 berencana pulang, akhirnya aku ikut juga (daripada wiken tanpa 2 pria-ku *hallah*).
Sabtu pagi tiba di Tawang, Semarang. M'Gun gabung ma aku n Bapak yang dijemput ibu. Di Tlogosari, sempet ngobrol banyak sebelum akhirnya m'Gun pulang by taxi. Sore harinya, acara keluarga diisi dengan nganter bapak ke dokter (beliau memang kurang enak badan sejak dari Bandung) trus sowan eyang di Batan. Cerita petang itu didominasi dengan berita kelulusan d'Yan dari UAN dengan nilai yang memuaskan. Ga nyangka juga, adekku yg ga 'bunyi' itu jago juga akademisnya. D'Yan dapet peringkat 2 se-SLTP 2 dengan nilai 29.60 *weks*. SLTP 2 sendiri peringkat pertama se-JaTeng.
Malamnya, sebelum tidur, nyoba gaun hitam-putih yg mau kupakai ke kondangan temen m'Gun keesokan paginya. Ibu bongkar2 koleksi aksesoris beliau, mulai dari setelan kalung-gelang-anting-cincin sampai selendang. Jarang2 loh koleksi beliau ada yg mau pakai! *ups*
Minggu pagi, sepulang gereja, kami sekeluarga langsung berkunjung ke rumah temen2 ibu nawarin dagangan sambil nunggu jam 11 (waktu yg dijanjiin m'Gun buat dateng ke kondangan temennya). Kalau biasanya acara kondangan bikin aku nervous n bingung mempersiapkan diri, kemarin justru bukan itu yang kupikirin. Yg lebih bikin deg2an adalah rencana acara setelah kondangan. Aku [akhirnya diperbolehkan Bapak+Ibu] berkunjung ke rumah baru ortu m'Gun.
Kira-kira 2 jam kami 'beredar' di acara pernikahan temen m'Gun. Acara itu jadi kesempatan 'reuni' m'Gun dengan temen2 SMU-nya. Rame, seru n penuh dengan mas2 n mbak2 yg tak seorangpun pernah kukenal sebelumnya. Gpp sih, seru juga denger berbagai cerita dari temen2 m'Gun.
Akhirnya.. tibalah saat yg kutunggu2. Pamit dari tempat resepsi dan kami langsung meluncur ke desa Suruhan. Rute yg kami tempuh lumayan jauh dan berliku. Sempet dapet pemandangan pematang sawah di kiri dan kanan jalan sebelum akhirnya tiba di sebuah rumah asri. Ketakutanku bakal 'ga diterima' toh bener2 jauh dari kenyataan. Bertemu ma n pa m'Gun dalam suasana santai gitu, mau tak mau aku kebawa santai. Selain kedua ortu m'Gun, ada tante dan sodara sepupu m'Gun juga di rumah itu. Kami terlibat obrolan seru dengan berbagai topik.
Sekitar pukul 16.00 kami (aku, m'Gun, pa n ma) meninggalkan rumah tersebut menuju ke RS. Elisabeth. Ternyata pa n ma berencana menjenguk seorang tante m'Gun yang sedang dirawat di RS. Jadilah sore itu aku berkenalan juga dengan kakek, om, tante, dan 2 sepupu kecilnya (ga brani nulisin nama2nya, takut salah).
Setelah setengah jam di RS, kami berencana langsung ke Tlogosari. Di perjalanan, dapet kepastian via telp bahwa Bapak batal pulang ke Bandung malem itu karena masih kurang enak badan. Kami berbelok ke Tawang dan membatalkan tiket Bapak, lalu melanjutkan perjalanan ke Tlogosari. Karena waktu yg tersisa cukup singkat, aku segera berbenah dan mempersiapkan diri kembali ke Bandung. Puji Tuhan, kami tidak terlambat tiba di stasiun.
Hhh.. hari minggu yang melelahkan berlalu sudah. Fisik sih ga lelah, tp tuntutan buat berkonsentrasi n behave seharian-lah yang bikin capek. Capek tapi seneng, dapet kesempatan berkenalan lebih dekat dengan keluarga yg hangat dan humoris. Dapet kenangan lucu nan menggemaskan juga dengan seorang supir taksi aneh yg nekad lewat jalan tikus padahal ga tau bakal nembus ke mana dan ga tau di mana posisi tempat bensinnya.
Akhir pekan ini berkesempatan pulang walau tanpa perencanaan yang cukup matang. Gara2 m'Gun n Bapak sama2 berencana pulang, akhirnya aku ikut juga (daripada wiken tanpa 2 pria-ku *hallah*).
Sabtu pagi tiba di Tawang, Semarang. M'Gun gabung ma aku n Bapak yang dijemput ibu. Di Tlogosari, sempet ngobrol banyak sebelum akhirnya m'Gun pulang by taxi. Sore harinya, acara keluarga diisi dengan nganter bapak ke dokter (beliau memang kurang enak badan sejak dari Bandung) trus sowan eyang di Batan. Cerita petang itu didominasi dengan berita kelulusan d'Yan dari UAN dengan nilai yang memuaskan. Ga nyangka juga, adekku yg ga 'bunyi' itu jago juga akademisnya. D'Yan dapet peringkat 2 se-SLTP 2 dengan nilai 29.60 *weks*. SLTP 2 sendiri peringkat pertama se-JaTeng.
Malamnya, sebelum tidur, nyoba gaun hitam-putih yg mau kupakai ke kondangan temen m'Gun keesokan paginya. Ibu bongkar2 koleksi aksesoris beliau, mulai dari setelan kalung-gelang-anting-cincin sampai selendang. Jarang2 loh koleksi beliau ada yg mau pakai! *ups*
Minggu pagi, sepulang gereja, kami sekeluarga langsung berkunjung ke rumah temen2 ibu nawarin dagangan sambil nunggu jam 11 (waktu yg dijanjiin m'Gun buat dateng ke kondangan temennya). Kalau biasanya acara kondangan bikin aku nervous n bingung mempersiapkan diri, kemarin justru bukan itu yang kupikirin. Yg lebih bikin deg2an adalah rencana acara setelah kondangan. Aku [akhirnya diperbolehkan Bapak+Ibu] berkunjung ke rumah baru ortu m'Gun.
Kira-kira 2 jam kami 'beredar' di acara pernikahan temen m'Gun. Acara itu jadi kesempatan 'reuni' m'Gun dengan temen2 SMU-nya. Rame, seru n penuh dengan mas2 n mbak2 yg tak seorangpun pernah kukenal sebelumnya. Gpp sih, seru juga denger berbagai cerita dari temen2 m'Gun.
Akhirnya.. tibalah saat yg kutunggu2. Pamit dari tempat resepsi dan kami langsung meluncur ke desa Suruhan. Rute yg kami tempuh lumayan jauh dan berliku. Sempet dapet pemandangan pematang sawah di kiri dan kanan jalan sebelum akhirnya tiba di sebuah rumah asri. Ketakutanku bakal 'ga diterima' toh bener2 jauh dari kenyataan. Bertemu ma n pa m'Gun dalam suasana santai gitu, mau tak mau aku kebawa santai. Selain kedua ortu m'Gun, ada tante dan sodara sepupu m'Gun juga di rumah itu. Kami terlibat obrolan seru dengan berbagai topik.
Sekitar pukul 16.00 kami (aku, m'Gun, pa n ma) meninggalkan rumah tersebut menuju ke RS. Elisabeth. Ternyata pa n ma berencana menjenguk seorang tante m'Gun yang sedang dirawat di RS. Jadilah sore itu aku berkenalan juga dengan kakek, om, tante, dan 2 sepupu kecilnya (ga brani nulisin nama2nya, takut salah).
Setelah setengah jam di RS, kami berencana langsung ke Tlogosari. Di perjalanan, dapet kepastian via telp bahwa Bapak batal pulang ke Bandung malem itu karena masih kurang enak badan. Kami berbelok ke Tawang dan membatalkan tiket Bapak, lalu melanjutkan perjalanan ke Tlogosari. Karena waktu yg tersisa cukup singkat, aku segera berbenah dan mempersiapkan diri kembali ke Bandung. Puji Tuhan, kami tidak terlambat tiba di stasiun.
Hhh.. hari minggu yang melelahkan berlalu sudah. Fisik sih ga lelah, tp tuntutan buat berkonsentrasi n behave seharian-lah yang bikin capek. Capek tapi seneng, dapet kesempatan berkenalan lebih dekat dengan keluarga yg hangat dan humoris. Dapet kenangan lucu nan menggemaskan juga dengan seorang supir taksi aneh yg nekad lewat jalan tikus padahal ga tau bakal nembus ke mana dan ga tau di mana posisi tempat bensinnya.
Jun 22, 2007
Kisah Arloji Cantik (bagian I)
Aku adalah sebuah arloji saku yang sangat cantik. Penciptaku membuatku dengan penuh cinta. Siang dan malam diukirnya kasih sayang di sekeliling detak jarumku yang lembut; dibelainya permukaanku dengan tatapan mata penuh kasih; dihembuskannya napas hidup bagiku dengan perhitungan yang lebih akurat daripada rumus Einstein. Seperti arloji-arloji lain ciptaannya, aku adalah bukti cintanya yang paling sempurna. Memang, tak satupun karyanya yang bercela.
Suatu hari, seorang pecinta datang dan ingin memilikiku. Seperti beberapa orang lain sebelumnya, puluhan kali ia datang dan memohon, sesering itu pula penciptaku menolaknya dengan tegas. Tiap hari ia datang dengan sejuta bujuk rayu memintaku pada tuanku. Walau aku cuma barang ciptaannya, tuanku dapat melihat keberatanku dengan mudah. Aku memang takut dan ragu, calon tuan baruku itu tak sungguh-sungguh menyayangiku seperti penciptaku. Ditambah lagi, sudah sering kudengar cerita tentang sesama arloji yang dibeli dengan mahal, namun toh akhirnya kembali ke tempat ini dalam keadaan yang menyedihkan.
Di saat yang lain, datanglah seorang lagi pengagumku. Entah apa yang merasukiku, aku turut merayu tuanku supaya mengijinkan ia memilikiku. Hingga suatu hari, jelas kulihat binar kebahagiaan di wajahnya saat tuanku akhirnya mengangguk ragu-ragu padanya. Aku tersenyum dan melonjak kegirangan dalam hati. aku yakin, pengagumku ini akan menjagaku sepenuh hatinya.
Benar saja. Hidupku indah di tangan tuan sekaligus pengagumku ini. Tiap hari aku dipandang, dikagumi, dibersihkan, dan dirawatnya. Setitik debu-pun tak dibiarkannya menodai kecantikanku. Karat tak pernah sempat mampir di kulitku. Tak seharipun berlalu bagiku tanpa belaian tangan lembutnya. Aku selalu berada dalam genggamannya yang hangat, hingga jarang kulihat warna-warni dunia. Tapi aku memang tak merasa perlu lagi melihat dunia. Mungkin ini yg sering manusia sebut sebagai surga.
Sampai suatu hari, tiba2 mesinku mati. Mungkin karena tuanku terlalu erat menggenggamku hingga mesinku terlalu lama di ruang sempit nan pengap. Padahal mesinku juga butuh udara tuk bertahan hidup. Walau permukaanku tak tergores sedikitpun, jarum2ku berhenti berdetak. Sebagai arloji, sungguh telah tamat riwayatku. Aku telah mati. Kupikir, inilah akhir hidupku. Pasti aku kan segera benar-benar berada di surga.
Ternyata, walau tlah mati, tuanku tetap mengagumiku. Perlakuan lembutnya padaku tak berkurang sedikitpun. Aku tetap digenggam, dibelai, dan dikasihinya. Kawan2 tuanku tak pernah tahu bahwa aku tak berguna lagi. Aku masih selalu hangat dalam genggamannya.
Beberapa bulan berlalu dengan kondisiku seperti itu, sampai suatu hari tuanku menyadari, meski selalu digosok dan dirawat, kilauku tak lagi seindah dulu. Tentu saja, aku sudah kehilangan semangat hidup karena tak lagi berdetak. Suasana hati ini membuat permukaanku makin kusam. Tuanku membawaku kembali kepada penciptaku dan berhadap luka hatiku dapat terobati.
Penciptaku marah setelah mengetahui kisahku dan melihat kondisiku. Pengagumku dianggap tak becus merawatku, karena telah membiarkanku dalam kondisi yang menyedihkan tersebut hingga berbulan-bulan. Tuan pencipta mengusir pengagumku itu dan tidak membiarkannya bertemu denganku lagi.
Kini aku kembali tinggal bersama tuan penciptaku. Kurasakan lagi kehangatan kasihnya yang tiada dua. Tiap hari dihabiskannya waktu untuk memperbaikiku. Sekian waktu berlalu, akhirnya tuan berhasil memulihkan keadaanku. Walau tak seindah semula, walau karat di mesinku meninggalkan bekas yang takkan hilang, toh aku kembali bernyawa. Aku kembali dapat menunjukkan waktu. Setiap hari kukembangkan senyum terindah bagi tuan penciptaku, sebagai tanda terima kasihku baginya.
Ternyata, ada yang kulewatkan selama aku tinggal bersama pengagumku. Si pencinta masih rutin datang dan selalu berusaha mengambil hati tuan penciptaku. Dan setelah kini aku kembali, sang pencinta kembali memohon untuk memilikiku. Aku tahu, tuanku tak punya pilihan lain. Aku dan penciptaku pun mulai yakin dengan kesungguhannya. Senyum terkembang di bibir tuan pencipta saat melepasku tuk dibawa sang pencinta.
Sekarang, aku bersama pencintaku. Tak seperti pengagumku, tuan pencinta menggantungku di pinggangnya. Sminggu sekali dia menatap dan membersihkanku. Ternyata, ia adalah seorang pekerja keras. Ia tak ingin menggenggamku setiap saat karena takut tangan kekarnya akan melukaiku. Lagipula ia tahu, aku masih trauma dengan genggaman tangan pengagumku yang akhirnya membunuhku.
Tergantung di pinggangnya, semula aku sering merasa kesepian. Namun seiring perjalanan waktu bersamanya, aku menyadari bahwa aku dapat selalu berada di dekatnya, mengingatkan waktu baginya setiap saat, sekaligus dapat tetap menghirup udara segar dan melihat indahnya dunia. Aku sungguh bahagia. Senyum terkembang dan kulitku bersinar-sinar karena belaian sinar matahari dan bilasan tetes hujan. Dalam hati aku memutuskan kan mengabdikan seumur hidupku bagi tuan pencintaku ini.
== to be continued ==
Suatu hari, seorang pecinta datang dan ingin memilikiku. Seperti beberapa orang lain sebelumnya, puluhan kali ia datang dan memohon, sesering itu pula penciptaku menolaknya dengan tegas. Tiap hari ia datang dengan sejuta bujuk rayu memintaku pada tuanku. Walau aku cuma barang ciptaannya, tuanku dapat melihat keberatanku dengan mudah. Aku memang takut dan ragu, calon tuan baruku itu tak sungguh-sungguh menyayangiku seperti penciptaku. Ditambah lagi, sudah sering kudengar cerita tentang sesama arloji yang dibeli dengan mahal, namun toh akhirnya kembali ke tempat ini dalam keadaan yang menyedihkan.
Di saat yang lain, datanglah seorang lagi pengagumku. Entah apa yang merasukiku, aku turut merayu tuanku supaya mengijinkan ia memilikiku. Hingga suatu hari, jelas kulihat binar kebahagiaan di wajahnya saat tuanku akhirnya mengangguk ragu-ragu padanya. Aku tersenyum dan melonjak kegirangan dalam hati. aku yakin, pengagumku ini akan menjagaku sepenuh hatinya.
Benar saja. Hidupku indah di tangan tuan sekaligus pengagumku ini. Tiap hari aku dipandang, dikagumi, dibersihkan, dan dirawatnya. Setitik debu-pun tak dibiarkannya menodai kecantikanku. Karat tak pernah sempat mampir di kulitku. Tak seharipun berlalu bagiku tanpa belaian tangan lembutnya. Aku selalu berada dalam genggamannya yang hangat, hingga jarang kulihat warna-warni dunia. Tapi aku memang tak merasa perlu lagi melihat dunia. Mungkin ini yg sering manusia sebut sebagai surga.
Sampai suatu hari, tiba2 mesinku mati. Mungkin karena tuanku terlalu erat menggenggamku hingga mesinku terlalu lama di ruang sempit nan pengap. Padahal mesinku juga butuh udara tuk bertahan hidup. Walau permukaanku tak tergores sedikitpun, jarum2ku berhenti berdetak. Sebagai arloji, sungguh telah tamat riwayatku. Aku telah mati. Kupikir, inilah akhir hidupku. Pasti aku kan segera benar-benar berada di surga.
Ternyata, walau tlah mati, tuanku tetap mengagumiku. Perlakuan lembutnya padaku tak berkurang sedikitpun. Aku tetap digenggam, dibelai, dan dikasihinya. Kawan2 tuanku tak pernah tahu bahwa aku tak berguna lagi. Aku masih selalu hangat dalam genggamannya.
Beberapa bulan berlalu dengan kondisiku seperti itu, sampai suatu hari tuanku menyadari, meski selalu digosok dan dirawat, kilauku tak lagi seindah dulu. Tentu saja, aku sudah kehilangan semangat hidup karena tak lagi berdetak. Suasana hati ini membuat permukaanku makin kusam. Tuanku membawaku kembali kepada penciptaku dan berhadap luka hatiku dapat terobati.
Penciptaku marah setelah mengetahui kisahku dan melihat kondisiku. Pengagumku dianggap tak becus merawatku, karena telah membiarkanku dalam kondisi yang menyedihkan tersebut hingga berbulan-bulan. Tuan pencipta mengusir pengagumku itu dan tidak membiarkannya bertemu denganku lagi.
Kini aku kembali tinggal bersama tuan penciptaku. Kurasakan lagi kehangatan kasihnya yang tiada dua. Tiap hari dihabiskannya waktu untuk memperbaikiku. Sekian waktu berlalu, akhirnya tuan berhasil memulihkan keadaanku. Walau tak seindah semula, walau karat di mesinku meninggalkan bekas yang takkan hilang, toh aku kembali bernyawa. Aku kembali dapat menunjukkan waktu. Setiap hari kukembangkan senyum terindah bagi tuan penciptaku, sebagai tanda terima kasihku baginya.
Ternyata, ada yang kulewatkan selama aku tinggal bersama pengagumku. Si pencinta masih rutin datang dan selalu berusaha mengambil hati tuan penciptaku. Dan setelah kini aku kembali, sang pencinta kembali memohon untuk memilikiku. Aku tahu, tuanku tak punya pilihan lain. Aku dan penciptaku pun mulai yakin dengan kesungguhannya. Senyum terkembang di bibir tuan pencipta saat melepasku tuk dibawa sang pencinta.
Sekarang, aku bersama pencintaku. Tak seperti pengagumku, tuan pencinta menggantungku di pinggangnya. Sminggu sekali dia menatap dan membersihkanku. Ternyata, ia adalah seorang pekerja keras. Ia tak ingin menggenggamku setiap saat karena takut tangan kekarnya akan melukaiku. Lagipula ia tahu, aku masih trauma dengan genggaman tangan pengagumku yang akhirnya membunuhku.
Tergantung di pinggangnya, semula aku sering merasa kesepian. Namun seiring perjalanan waktu bersamanya, aku menyadari bahwa aku dapat selalu berada di dekatnya, mengingatkan waktu baginya setiap saat, sekaligus dapat tetap menghirup udara segar dan melihat indahnya dunia. Aku sungguh bahagia. Senyum terkembang dan kulitku bersinar-sinar karena belaian sinar matahari dan bilasan tetes hujan. Dalam hati aku memutuskan kan mengabdikan seumur hidupku bagi tuan pencintaku ini.
== to be continued ==
Berdua Lebih Baik
[Artist: Acha Septriasa
Album: OST Heart]
lihat awan di sana
berarak mengikutiku
pasti dia pun tahu
ingin aku lewati
lembah hidup yg tak indah
namun harus ku jalani
reff:
berdua denganmu
pasti lebih baik
aku yakin itu
bila sendiri
hati bagai langit
berselimut kabut
berdua denganmu
Album: OST Heart]
lihat awan di sana
berarak mengikutiku
pasti dia pun tahu
ingin aku lewati
lembah hidup yg tak indah
namun harus ku jalani
reff:
berdua denganmu
pasti lebih baik
aku yakin itu
bila sendiri
hati bagai langit
berselimut kabut
berdua denganmu
Jangan takut ditilang!
Yap, sekarang pengen sharing cerita aja karena baru saya ngalamin jadi terdakwa dan ngerasain ikut sidang pidana.
Jangan berasumsi yang berat-berat, dakwaannya ringan kok "melanggar rambu-rambu lalu lintas", sidangnya pun ga lama dan selesai dalam hitungan detik...cepet kan??
Jadi ceritanya 2 minggu yang lalu saya melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sengaja sih..karena buru-buru pengen cepet pulang, abis panas banget di jalan. Nah mungkin karena lagi apes, di pertigaan itu udah ada polisi yang nongkrong...
Sebagai masyarakat yang sadar hukum, ya sudah pasti Saya minta surat tilang dan ikut sidang, ga peduli polisinya menakut-nakuti kalo sidangnya lama, rame, urusannya panjang, tidak bisa diwakilkan, takut ga sempet dateng bla bla bla...
Alhasil, pagi ini Jumat 22 Juni 2007 pukul 09.34 WIB saya sampai di Pengadilan Negeri Bandung di jalan Riau. Seminggu sebelumnya tanggal 15, saya udah kesana, tapi karena lupa liat tanggal kalo sidangnya tanggal 22 jadinya terpaksa balik lagi, sial! Tapi ada pengalaman menarik waktu ke pengadilan minggu lalu: begitu nyampe di parkiran dan nurunin standar motor, sudah ada bapak2 tukang parkir nyamperin, berikut percakapan kami:
Tukang Parkir (TP) : "Sidang Mas?"
Saya : "Iya nih!"
TP : "Sidangnya lama Mas! Mau saya ambilin? Yang ditahan apa Mas? SIM ato STNK?"
Saya : "SIM saya ditahan Pak"
TP : "Sini Mas saya ambilin, paling 40rb aja. Coba lihat surat tilangnya Mas.."
(Saya ambil surat tilangnya dan saya kasih ke TP)
TP : "Wah Mas...ini sidangnya minggu depan! Sekarang masih tanggal 15, disini ditulis tanggal 22!"
Untung aja salah tanggal, jadi ada alasan untuk menghindari tawaran bapak itu.
Ruang sidang V sudah dipenuhi calon2 terdakwa, semua bangku sudah penuh sesak tapi untung ada pasangan muda mudi yang mau sedikit menggeser pantatnya supaya saya bisa duduk, yah meskipun cuma dapet setengah pantat yang penting duduk.
Satu setengah jam berlalu dan waktu sudah hampir jam 11 siang, para calon terdakwa ini mulai gelisah karena sudah mendekati waktu Sholat Jumat. Akhirnya ada salah seorang calon terdakwa yang berani komentar dan suasana sempat ramai karena kami tidak tahu menahu apa yang ditunggu. Seharusnya jam 9 sidang sudah dimulai tapi sampai hampir 2 jam belum mulai juga. Akhirnya salah seorang pegawai pengadilan muncul dan menyampaikan bahwa ternyata, sang hakim sedang ada sidang pra peradilan dan belum selesai, lebih parahnya lagi tidak ada hakim pengganti.
Tapi untunglah sang hakim yang terhormat sudah menyelesaikan sidang pra peradilannya sebelum suasana lebih buruk.
Satu per satu nama para calon terdakwa ini dipanggil dan diminta duduk di kursi pesakitan yang menurut saya cukup aneh karena bangkunya panjang dan cukup untuk duduk 3-4 orang.
Akhirnya saya dipanggil dan duduk di ujung kanan bangku, setelah orang di sebelah kiri saya pergi, saya bergeser ke kiri dan berhadap-hadapan langsung dengan hakim yang terhormat.
Hakim : "Pelanggarannya apa Mas?"
Saya : "Melanggar rambu-rambu dilarang belok kanan Pak"
Hakim : "O begitu..." sambil menulis sesuatu di berkas salinan surat tilang saya, tiba-tiba beliau mengucapkan kalimat yang aneh "Dua puluh satu..." dilanjutkan mengetuk palu.
Oleh hakim anggota saya diberi berkas tilang dan dipersilakan untuk menghadap panitera yang jaraknya cuma 1 langkah dari bangku panjang itu.
Sampai di meja panitera saya baru tahu kalau kalimat "Dua puluh satu" dari pak hakim itu artinya denda yang harus saya bayar untuk menebus SIM saya yang ditahan, yaitu Rp 21.000,-
Mulai dari saya dipanggil, kemudian 'ngobrol' dengan pak Hakim yang terhormat, bayar denda di panitera, SIM dikembalikan dan keluar dari ruangan sidang, hanya membutuhkan waktu: 32 detik!!! Hebat kan?? Itupun saya harus menerobos kerumunan orang-orang yang memenuhi jalan kira-kira 3 meter. Thanks to D'Im yang udah niat untuk menghitung durasi waktunya.
Ruang sidang penuh sesak sampai ada yang duduk di lantai dan berdiri di tengah-tengah ruangan.
Sambil menunggu dipanggil, saya sempatkan untuk ngobrol dengan bapak yang duduk di samping saya.
Saya : "Tadi datang jam berapa Pak?"
Bapak : "Jam 10, soalnya saya tahu bakal molor, dulu saya pernah seperti ini."
Saya : "Bapak pernah? Kapan Pak?"
Bapak : "Sekitar 5 atau 6 bulan yang lalu lah..."
Saya : "Dulu juga ramai seperti ini Pak?"
Bapak : "Oh enggak, kalau dulu tidak seramai ini, semuanya kebagian tempat duduk. Tapi saya cukup senang sekarang, ini artinya sudah banyak masyarakat kita yang sadar hukum dan enggak main belakang."
Saya : "Kenapa bisa begitu ya Pak?"
Hakim : "Sekarang informasi cepat menyebar Mas, dan orang-orang malas untuk memberi 'sedekah' sama oknum polisi, apalagi sama calo-calo di pengadilan ini. Kalo sama calo sini lebih mahal Mas bisa sampai 50rb, padahal kalau bener2 sidang paling mahal 30rb lah tergantung pelanggarannya".
Seneng juga denger komentar Bapak satu ini, akhirnya masyarakat sudah mulai sadar hukum... Selamat deh!!
PS : Jangan kalah sama oknum polisi yang nakal, kalau emang salah, ngaku aja dan minta surat tilang yang slip biru biar urusannya lebih gampang n ga perlu sidang, cukup transfer ke rekening yang ditunjuk dan ambil SIM/STNK yang ditahan di kantor polisi terdekat. Kalaupun terpaksa sidang, hadapi saja, simpel kok! Cuma 32 detik! Tapi harus kuat nunggu, ga masalah lah demi supremasi hukum.
Jangan berasumsi yang berat-berat, dakwaannya ringan kok "melanggar rambu-rambu lalu lintas", sidangnya pun ga lama dan selesai dalam hitungan detik...cepet kan??
Jadi ceritanya 2 minggu yang lalu saya melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sengaja sih..karena buru-buru pengen cepet pulang, abis panas banget di jalan. Nah mungkin karena lagi apes, di pertigaan itu udah ada polisi yang nongkrong...
Sebagai masyarakat yang sadar hukum, ya sudah pasti Saya minta surat tilang dan ikut sidang, ga peduli polisinya menakut-nakuti kalo sidangnya lama, rame, urusannya panjang, tidak bisa diwakilkan, takut ga sempet dateng bla bla bla...
Alhasil, pagi ini Jumat 22 Juni 2007 pukul 09.34 WIB saya sampai di Pengadilan Negeri Bandung di jalan Riau. Seminggu sebelumnya tanggal 15, saya udah kesana, tapi karena lupa liat tanggal kalo sidangnya tanggal 22 jadinya terpaksa balik lagi, sial! Tapi ada pengalaman menarik waktu ke pengadilan minggu lalu: begitu nyampe di parkiran dan nurunin standar motor, sudah ada bapak2 tukang parkir nyamperin, berikut percakapan kami:
Tukang Parkir (TP) : "Sidang Mas?"
Saya : "Iya nih!"
TP : "Sidangnya lama Mas! Mau saya ambilin? Yang ditahan apa Mas? SIM ato STNK?"
Saya : "SIM saya ditahan Pak"
TP : "Sini Mas saya ambilin, paling 40rb aja. Coba lihat surat tilangnya Mas.."
(Saya ambil surat tilangnya dan saya kasih ke TP)
TP : "Wah Mas...ini sidangnya minggu depan! Sekarang masih tanggal 15, disini ditulis tanggal 22!"
Untung aja salah tanggal, jadi ada alasan untuk menghindari tawaran bapak itu.
Ruang sidang V sudah dipenuhi calon2 terdakwa, semua bangku sudah penuh sesak tapi untung ada pasangan muda mudi yang mau sedikit menggeser pantatnya supaya saya bisa duduk, yah meskipun cuma dapet setengah pantat yang penting duduk.
Satu setengah jam berlalu dan waktu sudah hampir jam 11 siang, para calon terdakwa ini mulai gelisah karena sudah mendekati waktu Sholat Jumat. Akhirnya ada salah seorang calon terdakwa yang berani komentar dan suasana sempat ramai karena kami tidak tahu menahu apa yang ditunggu. Seharusnya jam 9 sidang sudah dimulai tapi sampai hampir 2 jam belum mulai juga. Akhirnya salah seorang pegawai pengadilan muncul dan menyampaikan bahwa ternyata, sang hakim sedang ada sidang pra peradilan dan belum selesai, lebih parahnya lagi tidak ada hakim pengganti.
Tapi untunglah sang hakim yang terhormat sudah menyelesaikan sidang pra peradilannya sebelum suasana lebih buruk.
Satu per satu nama para calon terdakwa ini dipanggil dan diminta duduk di kursi pesakitan yang menurut saya cukup aneh karena bangkunya panjang dan cukup untuk duduk 3-4 orang.
Akhirnya saya dipanggil dan duduk di ujung kanan bangku, setelah orang di sebelah kiri saya pergi, saya bergeser ke kiri dan berhadap-hadapan langsung dengan hakim yang terhormat.
Hakim : "Pelanggarannya apa Mas?"
Saya : "Melanggar rambu-rambu dilarang belok kanan Pak"
Hakim : "O begitu..." sambil menulis sesuatu di berkas salinan surat tilang saya, tiba-tiba beliau mengucapkan kalimat yang aneh "Dua puluh satu..." dilanjutkan mengetuk palu.
Oleh hakim anggota saya diberi berkas tilang dan dipersilakan untuk menghadap panitera yang jaraknya cuma 1 langkah dari bangku panjang itu.
Sampai di meja panitera saya baru tahu kalau kalimat "Dua puluh satu" dari pak hakim itu artinya denda yang harus saya bayar untuk menebus SIM saya yang ditahan, yaitu Rp 21.000,-
Mulai dari saya dipanggil, kemudian 'ngobrol' dengan pak Hakim yang terhormat, bayar denda di panitera, SIM dikembalikan dan keluar dari ruangan sidang, hanya membutuhkan waktu: 32 detik!!! Hebat kan?? Itupun saya harus menerobos kerumunan orang-orang yang memenuhi jalan kira-kira 3 meter. Thanks to D'Im yang udah niat untuk menghitung durasi waktunya.
Ruang sidang penuh sesak sampai ada yang duduk di lantai dan berdiri di tengah-tengah ruangan.
Sambil menunggu dipanggil, saya sempatkan untuk ngobrol dengan bapak yang duduk di samping saya.
Saya : "Tadi datang jam berapa Pak?"
Bapak : "Jam 10, soalnya saya tahu bakal molor, dulu saya pernah seperti ini."
Saya : "Bapak pernah? Kapan Pak?"
Bapak : "Sekitar 5 atau 6 bulan yang lalu lah..."
Saya : "Dulu juga ramai seperti ini Pak?"
Bapak : "Oh enggak, kalau dulu tidak seramai ini, semuanya kebagian tempat duduk. Tapi saya cukup senang sekarang, ini artinya sudah banyak masyarakat kita yang sadar hukum dan enggak main belakang."
Saya : "Kenapa bisa begitu ya Pak?"
Hakim : "Sekarang informasi cepat menyebar Mas, dan orang-orang malas untuk memberi 'sedekah' sama oknum polisi, apalagi sama calo-calo di pengadilan ini. Kalo sama calo sini lebih mahal Mas bisa sampai 50rb, padahal kalau bener2 sidang paling mahal 30rb lah tergantung pelanggarannya".
Seneng juga denger komentar Bapak satu ini, akhirnya masyarakat sudah mulai sadar hukum... Selamat deh!!
PS : Jangan kalah sama oknum polisi yang nakal, kalau emang salah, ngaku aja dan minta surat tilang yang slip biru biar urusannya lebih gampang n ga perlu sidang, cukup transfer ke rekening yang ditunjuk dan ambil SIM/STNK yang ditahan di kantor polisi terdekat. Kalaupun terpaksa sidang, hadapi saja, simpel kok! Cuma 32 detik! Tapi harus kuat nunggu, ga masalah lah demi supremasi hukum.
Jun 18, 2007
Satu Semester Bersama
Puji Tuhan!
Kemarin (17 Juni 2007) tepat 6 bulan kami 'maen' bareng.
Satu semester yang penuh dengan berbagai warna: terang, gelap, suka, duka, cerah, mendung.
Banyak kenangan yang terangkai jadi cerita indah. *hayyah*
Berawal dari perjalanan rame2 ke Kuningan, berlanjut dengan berbagai kisah rutin maupun insidentil berdua.
Satu semester yang membuat kami makin dekat dan saling mengenal satu sama lain.
Beberapa kisah bersama:
RUTINITAS n SEMI-RUTINITAS
- Doa dan renungan pagi berdua (masih bolong2 sih..)
- Sarapan bareng (masakan yg gampang2, itu pun kl mood lg baik)
- Olahraga bareng (makin jarang ..)
- Berangkat n pulang kantor bareng
- Anter jemput ke tempat kerja
- Sharing kelelahan harian, sambil nonton tv/ dvd
- Berbagi cerita (suka n duka), belajar memahami cara pikir satu sama lain
- Belajar bareng (lbh sering m'Gun ngajarin aku sih)
- Belanja kebutuhan harian bareng
- Wisata kuliner berdua (sementara masih seputar Bandung)
- Pulang kampung bareng
INSIDENTIL
- Jadi 'guide' buat keluarga/ sodara yg kebetulan libur ke Bandung
- Kenal2an ma ortu, om, tante, adik satu sama lain
- Belajar ngurus surat2 n ngadepin birokrasi
Mmm.. apa lagi ya.. Gitu deh, kurang lebihnya. Intinya, tidak lagi harus sendirian menghadapi berbagai hal.
Jun 16, 2007
Buah Pisang yang Hilang
Serambi, Suara Merdeka
12-06-2007
Buah Pisang yang Hilang
Buah pisang di kebun kecil kami raib diserobot pencuri. Kepada kami cuma ditinggalkan bekas-bekasnya, ceceran kotoran bekas cacahan di mana-mana. Semakin kami pandangi aneka kotoran ini semakin kami merasa terintimidasi. Mencuri ya mencuri, tetapi ya jangan sambil meledek seperti ini. Kotoran itu, seperti sengaja diacak-acak sedemikian rupa agar efek kehilangan ini lebih terasa. Maka setiap memandangi serpihan itu, yang terbayang adalah serpihan hati kami sendiri.
Tetapi yang disebut kami itu sebetulnya cukup diwakili oleh Bapak saya. Kebun sepetak itu adalah ladang kegembiraan di masa tuanya. Beliau pula yang merawat, mencintai dan memperlakukan kebun itu sebagai teman dihari tuanya, tak terkecuali pisang yang hilang itu. Setiap detail pertumbuhan pisang ini, tidak lepas dari pengamatannya. Ketika ia sudah mulai berbunga dan menongolkan jantungnya, Bapak berkabar dengan gembira.
"Pisang di kebun kita mulai ada hasilnya!" katanya waktu itu.
Pisang ini melulu yang ia bicarakan setiap saya berkunjung kepadanya.
"Sudah mulai muncul buahnya." kata Bapak. "Kau perlu menengoknya." tambahnya. Saya biasanya selalu mengiyakan dan pura-pura gembira terhadap tema ini walau pikiran saya sebetulnya mengembara ke mana-mana. Ke sejumlah pekerjaan yang belum usai, ke rencana-rencana yang masih terbengkalai, ke target-target hidup yang memenuhi benak. Maka persoalan pisang itu pasti menjadi tema yang menyebalkan jika yang berbicara bukan bapak saya.
Di hari-hari berikutnya, pisang ini lagi yang menjadi tema wajib dialog kami. "Ia telah membesar. Beberapa minggu lagi telah bisa dipotong. Tengoklah kalau ada waktu," katanya. Lama-lama saya penasaran juga. Toh jarak kebun itu hanya sekelebatan dari rumah, maka tak ada salahnya menengok buah yang menjadi isu terpanas dalam keluarga besar kami. Woo boleh juga. Ranum, mulus, dan penuh. Buah ini tumbuh sempurna dan dari pisang jenis kesukaan saya pula. Kini ganti sayalah yang bersemagat bicara tentang pisang ini.
"Ini panen pertama sejak kebun ini jadi milik kita!" kata saya kepada istri. "Nanti ajak anak-anak menengoknya!" kata istri.
"Tengok sekarang juga!" teriak anak-anak. Pisang ini, telah menjadi kegemparan di rumah kami. Sampai kemudian hari penentuan itu tiba.
Kami telah menghitung hari. Bapak adalah pihak yang pasti amat cermat soal ini. Mulai dari membangun rumah, menentukan hari perkawinan saya, sampai hari kapan menegur buah pisang, tak pernah lepas dari hitung-hitungan ''hari baik'' Bapak. Tetapi mungkin karena saking telitinya menghitung, Bapak malah kalah cepat dengan pencuri yang ternyata juga memiliki hari baiknya sendiri.
Pisang kebanggaan kami lenyap, dan yang tinggal hanya cacahan kotoran di sana-sini. Saya melihat Bapak yang terpukul dan amat kecewa.
Saya mengerti betul kekecewaan jenis ini. Karena ada saja pagar-pagar yang lebih baik dibiarkan kosong, padahal ia bisa dirembeti oleh tanaman anggur, tetapi batal dilakukan cuma karena jika ia berbuah, kita khawatir kalah cepat dengan pencuri.
Ada seorang yang memlih menebang pohon buahnya, karena tak tahan melihat betapa pohon ini tak pernah tenteram dari gangguan. Ketimbang diganggu, lebih baik sama sekali tidak menanam. Dari pada sakit hati, lebih baik semuanya tidak makan. Begitulah kejamnya kekecewaan ini, sehingga seseorang merasa lebih tidak menanam sama sekali, dan puncaknya; lebih baik sama-sama tidak makan!
Saya dan Bapak saya pasti juga tidak terlepas dari kekecewaan semacam ini. Cuma kami berdua sepakat untuk saling menyemangati, ayo tanam lagi, meskipun akhirnya cuma untuk dicuri lagi. Karena jika seseorang enggan membangun cuma karena takut rusak, enggan mandi cuma karena takut kotor lagi, ogah makan cuma karena pasti lapar lagi, bumi bisa berhenti berputar dan kehidupan akan macet.
Maka pisang yang hilang ini membuat kami malah menjadi semangat sekali. Belum pernah terjadi dalam hidup kami, pencuri malah menyemangati kami seperti ini!
(prie gs/cn07)
12-06-2007
Buah Pisang yang Hilang
Buah pisang di kebun kecil kami raib diserobot pencuri. Kepada kami cuma ditinggalkan bekas-bekasnya, ceceran kotoran bekas cacahan di mana-mana. Semakin kami pandangi aneka kotoran ini semakin kami merasa terintimidasi. Mencuri ya mencuri, tetapi ya jangan sambil meledek seperti ini. Kotoran itu, seperti sengaja diacak-acak sedemikian rupa agar efek kehilangan ini lebih terasa. Maka setiap memandangi serpihan itu, yang terbayang adalah serpihan hati kami sendiri.
Tetapi yang disebut kami itu sebetulnya cukup diwakili oleh Bapak saya. Kebun sepetak itu adalah ladang kegembiraan di masa tuanya. Beliau pula yang merawat, mencintai dan memperlakukan kebun itu sebagai teman dihari tuanya, tak terkecuali pisang yang hilang itu. Setiap detail pertumbuhan pisang ini, tidak lepas dari pengamatannya. Ketika ia sudah mulai berbunga dan menongolkan jantungnya, Bapak berkabar dengan gembira.
"Pisang di kebun kita mulai ada hasilnya!" katanya waktu itu.
Pisang ini melulu yang ia bicarakan setiap saya berkunjung kepadanya.
"Sudah mulai muncul buahnya." kata Bapak. "Kau perlu menengoknya." tambahnya. Saya biasanya selalu mengiyakan dan pura-pura gembira terhadap tema ini walau pikiran saya sebetulnya mengembara ke mana-mana. Ke sejumlah pekerjaan yang belum usai, ke rencana-rencana yang masih terbengkalai, ke target-target hidup yang memenuhi benak. Maka persoalan pisang itu pasti menjadi tema yang menyebalkan jika yang berbicara bukan bapak saya.
Di hari-hari berikutnya, pisang ini lagi yang menjadi tema wajib dialog kami. "Ia telah membesar. Beberapa minggu lagi telah bisa dipotong. Tengoklah kalau ada waktu," katanya. Lama-lama saya penasaran juga. Toh jarak kebun itu hanya sekelebatan dari rumah, maka tak ada salahnya menengok buah yang menjadi isu terpanas dalam keluarga besar kami. Woo boleh juga. Ranum, mulus, dan penuh. Buah ini tumbuh sempurna dan dari pisang jenis kesukaan saya pula. Kini ganti sayalah yang bersemagat bicara tentang pisang ini.
"Ini panen pertama sejak kebun ini jadi milik kita!" kata saya kepada istri. "Nanti ajak anak-anak menengoknya!" kata istri.
"Tengok sekarang juga!" teriak anak-anak. Pisang ini, telah menjadi kegemparan di rumah kami. Sampai kemudian hari penentuan itu tiba.
Kami telah menghitung hari. Bapak adalah pihak yang pasti amat cermat soal ini. Mulai dari membangun rumah, menentukan hari perkawinan saya, sampai hari kapan menegur buah pisang, tak pernah lepas dari hitung-hitungan ''hari baik'' Bapak. Tetapi mungkin karena saking telitinya menghitung, Bapak malah kalah cepat dengan pencuri yang ternyata juga memiliki hari baiknya sendiri.
Pisang kebanggaan kami lenyap, dan yang tinggal hanya cacahan kotoran di sana-sini. Saya melihat Bapak yang terpukul dan amat kecewa.
Saya mengerti betul kekecewaan jenis ini. Karena ada saja pagar-pagar yang lebih baik dibiarkan kosong, padahal ia bisa dirembeti oleh tanaman anggur, tetapi batal dilakukan cuma karena jika ia berbuah, kita khawatir kalah cepat dengan pencuri.
Ada seorang yang memlih menebang pohon buahnya, karena tak tahan melihat betapa pohon ini tak pernah tenteram dari gangguan. Ketimbang diganggu, lebih baik sama sekali tidak menanam. Dari pada sakit hati, lebih baik semuanya tidak makan. Begitulah kejamnya kekecewaan ini, sehingga seseorang merasa lebih tidak menanam sama sekali, dan puncaknya; lebih baik sama-sama tidak makan!
Saya dan Bapak saya pasti juga tidak terlepas dari kekecewaan semacam ini. Cuma kami berdua sepakat untuk saling menyemangati, ayo tanam lagi, meskipun akhirnya cuma untuk dicuri lagi. Karena jika seseorang enggan membangun cuma karena takut rusak, enggan mandi cuma karena takut kotor lagi, ogah makan cuma karena pasti lapar lagi, bumi bisa berhenti berputar dan kehidupan akan macet.
Maka pisang yang hilang ini membuat kami malah menjadi semangat sekali. Belum pernah terjadi dalam hidup kami, pencuri malah menyemangati kami seperti ini!
(prie gs/cn07)
Jun 15, 2007
Slip Biru
[dari milist]
===
Guys... Sekedar info nih. Kalau kena tilang, langsung minta aja Slip Biru. Polisi Lalulintas itu punya 2 slip. Slip Merah dan Slip Biru.
Kalau Slip Merah, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum. Kalau kita dapat Slip Merah, berarti kita akan disidang. Dan SIM kita harus kita ambil di pengadilan setempat.
Tapi ngerti sendiri kan prosesnya? Nguantri yg panjang bgt. Belom lagi calo2 yang bejibun. Tetapi kalau Slip Biru kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. kita tinggal transfer dana ke nomer rekening tertentu (BNI kalo ga salah). Abis gitu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan SIM kita di kapolsek terdekat dimana kita ditilang. Misalnya, kita ditilang di Perempatan Mampang-Kuningan, kita tinggal ambil SIM kita di Polsek Mampang. Dan denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya itu tidak melebihi Rp. 50.000,- dan dananya Resmi, masuk ke Kas Negara. Jadi, kalau ada Polantas yang sampe minta undertable Rp. 75.000,- atau Rp. 100.000,- Biasanya di Bunderan HI arah Imam Bonjol tuh, (sorry) but it's Bu**S**t! Masuk kantong sendiri.
Trust me guys, I've been doing this before. Waktu kena tilang di Bundaran Kebayoran (Ratu Plaza). Saya memotong garis marga. Karena dari arah senopati sebelumnya saya berfikir untuk ke arah Senayan, tetapi di tengah jalan saya berubah pikiran untuk lewat sudirman saja. Dan saya memotong jalan. Saya berhenti di lampu merah arah sudirman. Dan tiba-tiba Seorang polisi menghampiri dan mengetok kaca mobil. Dia tanya, apa saya tau kesalahan saya? Ya saya bilang nggak tau.
Trus dia bilang kalau saya memotong Garis Marga. Saya cuman bilang, masa sih pak? saya nggak liat. Maafin deh pak. Tapi dia ngotot meminta SIM saya. Alhasil saya harus berhenti sejenak untuk bernegosiasi. Dia meminta Rp. 70.000,-. Dengan alasan, kawasan itu adalah Kawasan Tertib Lalulintas.
Dalam perjalanan, teman saya baru menjelaskan apa itu Slip Biru.
So, kalo ditilang. Minta Slip Biru aja ya! Kita bisa membayangkan dong, bagaimana wajah sang polantas begitu kita bilang,
===
Guys... Sekedar info nih. Kalau kena tilang, langsung minta aja Slip Biru. Polisi Lalulintas itu punya 2 slip. Slip Merah dan Slip Biru.
Kalau Slip Merah, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum. Kalau kita dapat Slip Merah, berarti kita akan disidang. Dan SIM kita harus kita ambil di pengadilan setempat.
Tapi ngerti sendiri kan prosesnya? Nguantri yg panjang bgt. Belom lagi calo2 yang bejibun. Tetapi kalau Slip Biru kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. kita tinggal transfer dana ke nomer rekening tertentu (BNI kalo ga salah). Abis gitu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan SIM kita di kapolsek terdekat dimana kita ditilang. Misalnya, kita ditilang di Perempatan Mampang-Kuningan, kita tinggal ambil SIM kita di Polsek Mampang. Dan denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya itu tidak melebihi Rp. 50.000,- dan dananya Resmi, masuk ke Kas Negara. Jadi, kalau ada Polantas yang sampe minta undertable Rp. 75.000,- atau Rp. 100.000,- Biasanya di Bunderan HI arah Imam Bonjol tuh, (sorry) but it's Bu**S**t! Masuk kantong sendiri.
Trust me guys, I've been doing this before. Waktu kena tilang di Bundaran Kebayoran (Ratu Plaza). Saya memotong garis marga. Karena dari arah senopati sebelumnya saya berfikir untuk ke arah Senayan, tetapi di tengah jalan saya berubah pikiran untuk lewat sudirman saja. Dan saya memotong jalan. Saya berhenti di lampu merah arah sudirman. Dan tiba-tiba Seorang polisi menghampiri dan mengetok kaca mobil. Dia tanya, apa saya tau kesalahan saya? Ya saya bilang nggak tau.
Trus dia bilang kalau saya memotong Garis Marga. Saya cuman bilang, masa sih pak? saya nggak liat. Maafin deh pak. Tapi dia ngotot meminta SIM saya. Alhasil saya harus berhenti sejenak untuk bernegosiasi. Dia meminta Rp. 70.000,-. Dengan alasan, kawasan itu adalah Kawasan Tertib Lalulintas.
"Nyetir sambil nelfon aja ditilang mbak!"Dia bilang gitu. Saya kembali ke mobil, dan berbicara sama teman saya yang kebetulan menemani perjalanan saya. Teman saya bilang,
"Udah kasih aja Rp. 20.000,- kalo ga mau loe minta Slip Biru aja"Dengan masih belum tau apa itu Slip Biru, saya kembali menghampiri pak polisi sambil membawa uang pecahan Rp. 20.000,-.
"Pak, saya cuman ada segini."Si polisi dengan arogannya berkata,
"Yaahh.. segitu doang sih buat beli kacang juga kurang mbak"Sambil tertawa melecehkan dengan teman2nya sesama `Polisi Penjaga`.
"Ya udah deh pak, kalo gitu tilang aja. Tapi saya minta Slip yang warna Biru ya pak!"Seketika saya melihat raut wajah ketiga polisi itu berubah. Dan dengan nada pelan salah satu temannya itu membisikkan, tapi saya masih mendengar karna waktu itu saya berada di dalam pos.
"Ya udah, coba negoin lagi, kalo ga bisa ga papalah. Penglaris, Mangsa Pertama. Hahahaha..."Sambil terus mencoba ber-nego. Akhirnya saya yang menjadi pemenang dalam adu nego tersebut. Dan mereka menerima pecahan Rp. 20.000,- yang saya tawarkan dan mengembalikan SIM saya.
Dalam perjalanan, teman saya baru menjelaskan apa itu Slip Biru.
So, kalo ditilang. Minta Slip Biru aja ya! Kita bisa membayangkan dong, bagaimana wajah sang polantas begitu kita bilang,
"Saya tilang aja deh pak, Saya mengaku salah telah menerobos lampu merah.Tolong Slip Biru yah!"Pasti yang ada dalam benak sang polisi
"Yaahh... ngga jadi panen deh gue..."
Jun 13, 2007
Gaji Karyawan TI di Indonesia Terendah di Asia
[http://www.portalhr.com/beritahr/compensation/1id673.html]
Jumat, 08 Juni 2007 - 10:47 WIB
Dalam bidang Teknologi Informasi (TI) perusahaan-perusahaan di Indonesia dan Filipina tercatat paling rendah menghargai kompetensi karyawannya. Untuk sektor industri TI dan Web, profesional di Indonesia dalam setahun mendapat total gaji rata-rata sebesar US$ 10.959, atau 8.022.901 rupiah/bulan.
Survei gaji bidang TI yang dilakukan zdnetasia.com menghasilkan pemeringkatan gaji karyawan dalam industri TI di negara-negara Asia, dan menemukan bahwa karyawan TI di Indondonesia dan Filipina terendah di kawasan tersebut. Sedangkan, Hongkong dan Singapura menempati urutan teratas.
Dengan pengalaman 5 tahun di bidangnya, seorang profesional TI di Indonesia hanya dihargai sekitar US$ 5.619 setahun, atau setara dengan Rp 4.113.576. Bahkan, menurut survei tersebut, jika Anda berpengalaman hingga 10 tahun pun, perusahaan Indonesia hanya mampu menggaji Anda rata-rata maksimal US$ 20.030 per tahun atau sekitar Rp 14.663.629 rupiah setiap bulan, dengan kurs saat ini.
Di Filipina pun, karyawan pada sektor yang sama hanya mendapat gaji total per tahun sebesar US$ 10.899. Bandingkan dengan Hongkong, di mana tenaga TI-nya bisa berpenghasilan sampai US$ 42.422 setahun.
Sementara, untuk profesional pada umumnya di semua sektor di Hongkong bisa berpenghasilan sampai US$ 80.005 dengan pengalaman 10 tahun atau lebih. Kondisi tersebut menempatkan Hongkong pada posisi pertama di Asia yang karyawannya berpenghasilan tinggi.
Singapura menjadi negara kedua di Asia dengan penghasilan total per tahun yang tertinggi. Profesional TI dan Web negara itu dalam setahun rata-rata berpenghasilan sekitar US$ 39.782. Dan, penghasilan tahunan para profesional semua bidang di negara itu tercatat sebesar US$ 25.282 sampai US$ 64.289, untuk mereka dengan pengalaman 5 sampai di atas 10 tahun kerja.
Manajemen TI
Untuk sektor industri TI, survei tersebut seperti dikutip Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Telematika, juga menampilkan data menarik lain yang dapat menjadi bahan kajian. Mereka yang berkarir di bidang Manajemen TI, misalnya, mendapat total pendapatan tahunan yang paling besar dibandingkan bidang lain seperti Project Development dan System Development.
Hal ini berlaku di semua negara yang disurvei, yakni Hongkong, Singapura, Thailand, India, Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Untuk posisi Manajemen TI, Hongkong berada di peringkat tertinggi pendapatan per tahun yakni US$ 96.754, disusul Singapura (US$ 61.167), Thailand (US$ 38.721), India ( US$ 28.557), Malaysia ( US$ 25.162), Filipina ( US$ 19.524) dan Indonesia ( US$ 16.060).
Sedangkan, penghasilan terendah di sektor TI ditempati oleh bidang System Development, yakni US$ 40.971 (Hongkong), US$ 32.902 (Singapura), US$. 15.450 (Thailand), US$ 13.967 (Malaysia), US$ 11.953 (India), US$ 8.448 (Filipina) dan US$ 6.897 (Indonesia).
Jumat, 08 Juni 2007 - 10:47 WIB
Dalam bidang Teknologi Informasi (TI) perusahaan-perusahaan di Indonesia dan Filipina tercatat paling rendah menghargai kompetensi karyawannya. Untuk sektor industri TI dan Web, profesional di Indonesia dalam setahun mendapat total gaji rata-rata sebesar US$ 10.959, atau 8.022.901 rupiah/bulan.
Survei gaji bidang TI yang dilakukan zdnetasia.com menghasilkan pemeringkatan gaji karyawan dalam industri TI di negara-negara Asia, dan menemukan bahwa karyawan TI di Indondonesia dan Filipina terendah di kawasan tersebut. Sedangkan, Hongkong dan Singapura menempati urutan teratas.
Dengan pengalaman 5 tahun di bidangnya, seorang profesional TI di Indonesia hanya dihargai sekitar US$ 5.619 setahun, atau setara dengan Rp 4.113.576. Bahkan, menurut survei tersebut, jika Anda berpengalaman hingga 10 tahun pun, perusahaan Indonesia hanya mampu menggaji Anda rata-rata maksimal US$ 20.030 per tahun atau sekitar Rp 14.663.629 rupiah setiap bulan, dengan kurs saat ini.
Di Filipina pun, karyawan pada sektor yang sama hanya mendapat gaji total per tahun sebesar US$ 10.899. Bandingkan dengan Hongkong, di mana tenaga TI-nya bisa berpenghasilan sampai US$ 42.422 setahun.
Sementara, untuk profesional pada umumnya di semua sektor di Hongkong bisa berpenghasilan sampai US$ 80.005 dengan pengalaman 10 tahun atau lebih. Kondisi tersebut menempatkan Hongkong pada posisi pertama di Asia yang karyawannya berpenghasilan tinggi.
Singapura menjadi negara kedua di Asia dengan penghasilan total per tahun yang tertinggi. Profesional TI dan Web negara itu dalam setahun rata-rata berpenghasilan sekitar US$ 39.782. Dan, penghasilan tahunan para profesional semua bidang di negara itu tercatat sebesar US$ 25.282 sampai US$ 64.289, untuk mereka dengan pengalaman 5 sampai di atas 10 tahun kerja.
Manajemen TI
Untuk sektor industri TI, survei tersebut seperti dikutip Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Telematika, juga menampilkan data menarik lain yang dapat menjadi bahan kajian. Mereka yang berkarir di bidang Manajemen TI, misalnya, mendapat total pendapatan tahunan yang paling besar dibandingkan bidang lain seperti Project Development dan System Development.
Hal ini berlaku di semua negara yang disurvei, yakni Hongkong, Singapura, Thailand, India, Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Untuk posisi Manajemen TI, Hongkong berada di peringkat tertinggi pendapatan per tahun yakni US$ 96.754, disusul Singapura (US$ 61.167), Thailand (US$ 38.721), India ( US$ 28.557), Malaysia ( US$ 25.162), Filipina ( US$ 19.524) dan Indonesia ( US$ 16.060).
Sedangkan, penghasilan terendah di sektor TI ditempati oleh bidang System Development, yakni US$ 40.971 (Hongkong), US$ 32.902 (Singapura), US$. 15.450 (Thailand), US$ 13.967 (Malaysia), US$ 11.953 (India), US$ 8.448 (Filipina) dan US$ 6.897 (Indonesia).
Jun 11, 2007
Rekor Hamil
Hue hehehehe..
Di ruang kerjaku yg cm berisi 5 org, 3 org diantaranya lg hamil!!
Horeee..
Suasana kerja tiap hari jadi ceria terus, berkat kisah2 seru yang mereka lontarkan seputar kehamilan dan pesan2 yang mereka dapat dari sekitarnya.
Buat semua ibu2 hamil tsb, selamat ya..
Jaga kesehatan diri dan si calon anak ya..
Di ruang kerjaku yg cm berisi 5 org, 3 org diantaranya lg hamil!!
Horeee..
Suasana kerja tiap hari jadi ceria terus, berkat kisah2 seru yang mereka lontarkan seputar kehamilan dan pesan2 yang mereka dapat dari sekitarnya.
Buat semua ibu2 hamil tsb, selamat ya..
Jaga kesehatan diri dan si calon anak ya..
Jun 8, 2007
Mirip2an
Mohon Doa..
(1) Buat kesehatan dan kejelasan status kerja Mr. Thunder
--> *keterangan lbh lanjut, silakan ybs memperjelas*
(2) Buat keberhasilan upaya kepemilikan rumah
--> Ceritanya, aku lagi pengeeen banget ama sebuah rumah. Rumah ini cukup luas [menurutku], sejuk n enak dilihat walau bangunannya ga bisa dibilang baru. Pertama liat aja aku langsung jatuh cinta. Saking niatnya, udah nawar, ngurus berbagai surat, menjalani serangkaian proses dari bank.. dan sekarang lagi deg2an nunggu hasilnya. Udah setengah jalan gini, masih juga dibingungin dengan pilihan kedua: sebuah rumah mungil [kurang lebih seukuran rumah ortu di Semarang]. Ga kalah menggiurkan, pilihan kedua ini adl rumah baru [kalo jadi aja, musti nunggu +/- 3bln baru bisa ditempati]. Walau berat ke pilihan pertama, pilihan kedua juga ga bikin nyesel kalo dapet. Tanpa spesifik meminta yg mana, doaku cuma berani, ".. jadilah kehendak-Mu.. " Amin.
--> *keterangan lbh lanjut, silakan ybs memperjelas*
(2) Buat keberhasilan upaya kepemilikan rumah
--> Ceritanya, aku lagi pengeeen banget ama sebuah rumah. Rumah ini cukup luas [menurutku], sejuk n enak dilihat walau bangunannya ga bisa dibilang baru. Pertama liat aja aku langsung jatuh cinta. Saking niatnya, udah nawar, ngurus berbagai surat, menjalani serangkaian proses dari bank.. dan sekarang lagi deg2an nunggu hasilnya. Udah setengah jalan gini, masih juga dibingungin dengan pilihan kedua: sebuah rumah mungil [kurang lebih seukuran rumah ortu di Semarang]. Ga kalah menggiurkan, pilihan kedua ini adl rumah baru [kalo jadi aja, musti nunggu +/- 3bln baru bisa ditempati]. Walau berat ke pilihan pertama, pilihan kedua juga ga bikin nyesel kalo dapet. Tanpa spesifik meminta yg mana, doaku cuma berani, ".. jadilah kehendak-Mu.. " Amin.
Jun 5, 2007
Rakyat High-Class, Tapi KATRO '
[dari milist]
HP dan Penerbangan Pesawat
Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.
Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya.
Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunaka HP didalam ruangan mesin turbin.
Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.
Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa diatas, kalau saya tidak salah mendengar mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah-mudahan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat.(KOMPAS)
Rakyat kita ini memang High class.. Handphone nya Mahal, Transportasi pake pesawat. Tapi bodohnya gk ketulungan. Ada yang gk tau kenapa larangan itu dibuat, ada yang tau tapi tetap gk peduli. Orang indonesia harus selalu belajar dengan cara yang keras.
Buat yang belum tahu, kenapa Gk boleh menyalakan Handphone di pesawat, berikut penjelasannya:
Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru "take-off" dari Lanud Polonia -Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti.
Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan.Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan oleh ponsel. Mungkin informasi dibawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.
Contoh kasusnya antara lain:
Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja "take-off" dari bandara Zurich , Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.
Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.
Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang "final approach" untuk "landing" di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).
Seperti kita tahu di Indonesia ? Begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan.
Para "pelanggar hukum" itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance) terhadap kenyamanan orang lain.
Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan ponsel, disamping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.
Berikut merupakan bentuk ganguan-gangguan yang terjadi di pesawat: Arah terbang melenceng,Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu, Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, Gangguan sistem navigasi, Gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar,Gangguan sistem kemudi otomatis, Semua gangguan diatas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti Gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy Semua informasi diatas adalah bersumber dari ASRS.
Dengan melihat daftar gangguan diatas kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel.
Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.
Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta ).(Varis/pertamina)
Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?
Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang. (Honda-tiger.or.id)
Semoga suatu hari rakyat kita bisa sedikit lebih pintar.
HP dan Penerbangan Pesawat
Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.
Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya.
Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunaka HP didalam ruangan mesin turbin.
Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.
Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa diatas, kalau saya tidak salah mendengar mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah-mudahan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat.(KOMPAS)
Rakyat kita ini memang High class.. Handphone nya Mahal, Transportasi pake pesawat. Tapi bodohnya gk ketulungan. Ada yang gk tau kenapa larangan itu dibuat, ada yang tau tapi tetap gk peduli. Orang indonesia harus selalu belajar dengan cara yang keras.
Buat yang belum tahu, kenapa Gk boleh menyalakan Handphone di pesawat, berikut penjelasannya:
Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru "take-off" dari Lanud Polonia -Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti.
Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan.Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan oleh ponsel. Mungkin informasi dibawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.
Contoh kasusnya antara lain:
Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja "take-off" dari bandara Zurich , Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.
Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.
Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang "final approach" untuk "landing" di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).
Seperti kita tahu di Indonesia ? Begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan.
Para "pelanggar hukum" itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance) terhadap kenyamanan orang lain.
Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan ponsel, disamping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.
Berikut merupakan bentuk ganguan-gangguan yang terjadi di pesawat: Arah terbang melenceng,Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu, Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, Gangguan sistem navigasi, Gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar,Gangguan sistem kemudi otomatis, Semua gangguan diatas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti Gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy Semua informasi diatas adalah bersumber dari ASRS.
Dengan melihat daftar gangguan diatas kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel.
Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.
Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta ).(Varis/pertamina)
Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?
Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang. (Honda-tiger.or.id)
Semoga suatu hari rakyat kita bisa sedikit lebih pintar.
Subscribe to:
Posts (Atom)