Daisypath Anniversary tickers

Jan 28, 2008

Transtool, teman sekaligus musuh...

Transtool adalah sebuah aplikasi translator (penterjemah) dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan demikian sebaliknya.
Aplikasi ini sangat mudah digunakan, cukup dengan beberapa klik saja... Hopla! Dalam sekejap seluruh isi dokumen kita akan berubah bahasanya, canggih...
Namun aplikasi ini memiliki beberapa kelemahan:
1. Kosa kata kurang lengkap, untuk beberapa kata tidak ada dalam kamus Transtool akan tetap dibiarkan apa adanya (tidak diterjemahkan).
2. Hasil terjemahan kurang sempurna, Transtool belum bisa memeriksa grammar / susunan kalimat dengan sempurna, sehinga beberapa hasil terjemahan akan terlihat aneh dan kurang pas.

Dalam penggunaanya, Transtool dapat dijadikan 'teman' misalnya pada saat kita sedang terburu-buru membuat dokumen dalam bahasa inggris, kita akan terlebih dulu membuatnya dalam bahasa Indonesia kemudian baru diterjemahkan menggunakan Transtool ini.
Namun ada juga beberapa teman saya malah mengatakan "Ah, mending gw langsung terjemahin sendiri, pake Transtool repot, terjemahannya ga valid!"
Yah, untuk mereka yang sudah jago berbahasa Inggris tentu akan mengatakan demikian. Tapi lain halnya untuk mereka yang belum jago, tentunya akan sangat terbantu.

Di lain pihak, ada yang justru menganggap Transtool ini sebagai 'musuh'. Hal ini bisa dilihat dari keluhan-keluhan para pengajar atas hasil tugas yang diberikan ke siswa / mahasiswanya.
Dari hasil ngobrol2 dengan D'Im, ternyata mahasiswanya benar2 tergantung sepenuhnya dengan aplikasi Transtool ini. Terbukti dalam dokumen tugas yang dikumpulkan, terdapat kalimat2 yang aneh dan ada beberapa kata yang masih dalam bahasa Indonesia karena tidak bisa diterjemahkan.
Yang membuat kami lebih prihatin adalah pada saat diberikan motivasi kepada para mahasiswa supaya lebih giat belajar bahasa Inggris, mereka malah memberi tanggapan kurang lebih seperti ini "Tenang aja Bu/Pak, kan ada Transtool.."
Dari tanggapan tersebut dapat dilihat ada unsur fatalisme disini. Dia pasrah atas ketidakmampuannya dalam berbahasa inggris dan cenderung tidak mau berusaha untuk belajar.
Jadi tidak heran jika beberapa akademisi justru memusuhi Transtool ini karena dianggap tidak mendidik. Sementara para akademisi mendapat tantangan berat karena harus mampu memberikan pendidikan yang baik untuk menghadapi era persaingan global yang sudah dipelupuk mata.

[IMA]
Betul! Itulah efek dari teknologi di tangan yg tidak tepat. Musuh banget buatku!
Grrrhh !@#$%^&*
Gimana ga sebel kl kerjaan bimbing project berubah jadi koreksi terjemahan transt***?
Gimana ga kesel kl laporan yg udah bagus (dlm bhs Indonesia) dlm semenit jd super duper berantakan [cuma] gara2 software terjemahan ga mutu?

Ga habis heranku dengan tool satu ini. Walaupun katanya mudah, cepat dan akurat, hasilnya tetep ga bisa 100% diharapkan. Mulai dari grammar yg kacau, pilihan kata yg aneh, koleksi kata sangat terbatas,.. ga ada yg bisa dibanggakan dengan hasil terjemahannya. Kalau memang cuma sebagai draft terjemahan untuk kemudian diedit lagi secara manual, sih, silakan aja. Tapi jangan jadikan itu solusi penerjemah di detik2 terakhir dong!

Ayolah, adik2ku sayang.. kualitas kalian jauhh lebih baik dari itu, kan??
Kemampuan berbahasa tuh ga bisa diperoleh dari copy-paste-[klik tombol]translate doang!
Ga semua hal yg instan tuh bagus, lho!
Mi instan, kopi instan, nugget instan sih oke!
Translate instan? Ga banget!!
Hidup yg instan jg sama sekali ga bagus kan?

No comments: