Daisypath Anniversary tickers

Jul 18, 2007

Pengkategorian Sekolah Menengah Atas

Kebetulan sekali saya bisa berada di lingkungan sebuah SMA yang cukup terkenal di Semarang ini karena saya memang sedang ditugaskan di sana. Sudah beberapa hari ini saya nongkrong dan saya banyak mendapatkan info baru, diantaranya mengenai pengkategorian SMA.
Kategori SMA yang akan saya bahas disini baru 2 jenis, mari kita simak bersama:

Pertama.
Baru-baru ini SMA yang sedang saya 'tongkrongi' ini mendapatkan gelar SKM alias Sekolah Kategori Mandiri, nah apa maksud dari gelar ini?
Maksudnya adalah bahwa sekolah ini nantinya tidak akan menggunakan sistem belajar yang selama ini sudah saya alami sebelumnya, tetapi menggunakan sistem yang baru yakni seperti mahasiswa yang kuliah. Jadi nanti tidak ada lagi istilah 'tinggal kelas' atau 'tidak naik kelas', yang ada istilah 'terlambat lulus'.
Setiap peserta didik (begitu para bapak ibu guru di sini menyebut siswa siswinya) akan diminta untuk mengambil mata pelajaran sesuai dengan kemampuannya seperti model SKS (Satuan Kredit Semester) di bangku kuliah. Dampak dari penerapan metode ini adalah, peserta didik bisa lebih mandiri dalam menentukan masa depannya. Jika ada mata pelajaran yang belum lulus, maka peserta tersebut harus mengambil lagi mata pelajaran itu di semester berikutnya. Sementara bagi peserta didik yang cukup mampu (maksudnya cukup pintar) bisa mengambil mata pelajaran lebih banyak dari rekan-rekan yang lain, sehingga dia bisa lulus lebih cepat.

Wow!! Inilah idealisme saya terhadap dunia pendidikan di Indonesia, akhirnya terwujud juga. Jadi jangan heran kalau nanti akan ada sarjana-sarjana muda, maksudnya bukan sarjana muda setingkat diploma 3, tetapi sarjana yang masih muda dari segi usia.
Pertanyaan saya berikutnya adalah apakah metode ini akan diterapkan juga pada level SMP? Jawaban yang saya dapat adalah 'sangat mungkin sekali' (hmm..jawaban yang diplomatis), tapi saya berharap metode ini dapat diterapkan di bangku SMP.

Kedua.
Tetangga sebelah dari SMA tempat saya nongkrong ini mendapatkan kategori SBI (Sekolah Berstandar Internasional) dimana di sekolah ini terdapat kelas IMERSI, nah loh apa lagi nih?
Kelas imersi itu adalah kelas dimana bahasa pengantar yang digunakan dalam kelas ini adalah bahasa inggris untuk semua mata pelajaran kecuali untuk mata pelajaran yang memang tidak perlu menggunakan bahasa inggris seperti Bahasa Jepang, Bahasa Indonesia, dan lain sebagainya.
Sekolah ini juga memiliki nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75, jadi memang hanya sekolah-sekolah unggulan saja yang bisa mendapatkan kategori ini.
Wah, kalau sudah begini berarti sekolah ini juga bisa menerima siswa kelas X sampai XII dari luar negeri, secara sekolah ini sudah menggunakan bahasa pengantar yang universal. Wah-wah saya ucapkan selamat datang deh para siswa dari luar Indonesia, selamat bersain dengan siswa siswi SMA di sini.
Pertanyaan saya, apakah siswa siswi Indonesia sudah cukup layak untuk bersaing dengan siswa siswi dari luar negeri?

Mau tidak mau, era globalisasi sudah masuk ke Indonesia.

2 comments:

Angelina PK said...

Tetangga sebelah dari SMA tempat saya nongkrong ini mendapatkan kategori SBI (Sistem Berbasis Internasional) ... memang hanya sekolah-sekolah unggulan saja yang bisa mendapatkan kategori ini.

==> itu sekolahku tuh..

Guntur said...

aheemm...koreksi... MANTAN sekolah huehehehe...