Daisypath Anniversary tickers

May 11, 2007

~ Dimanakah Cita-Cita??? ~

Seminggu yang lalu aku dapet kesempatan untuk bergabung menjadi salah satu penjaga stand di acara Education and Training Expo 2007 di gedung Semanggi Expo Jakarta.

Semua peserta pameran menampilkan keindahan masing-masing dengan desain stand yang unik, warna-warni dan tentu saja menampilkan "keindahan" personelnya.

Semuanya menawarkan program pendidikan yang bagus, hebat dan menjanjikan. Banyak sekali iming2 yang mereka bawa :
"bebas biaya pendaftaran selama pameran"
"gratis biaya semester pertama untuk pendaftaran selama pameran"
"lulusannya langsung diterima bekerja di perusahaan bla bla bla..."
"menjadi sarjana x hanya dengan 3 tahun"
...dan lain sebagainya...

Setiap stand berusaha menarik pengunjung supaya mau mampir dan berharap mau untuk diprospek (isitilah keren dari 'ditawarin' hehehe).
Ada yang mengadakan kuis berhadiah, ada yang menampilkan hasil karya mahasiswanya, ada yang menampilkan kesenian mahasiswa, bahkan ada yang undang artis supaya stand-nya ramai dikunjungi, biar ga kalah niy...stand kami menyiarkan pertandingan tinju Oscar De La Hoya, dan beneran!! jalanan macet dan kami sempat ditegur oleh pihak penyelenggara. \(^o^)/

Tiba-tiba ada beberapa orang anak smu berseragam lengkap datang menghamipiriku dan langsung memborbardir dengan rentetan pertanyaan :
"Kak ini kampusnya di Bandung ya?"
"Kak jurusannya ada apa aja sih?"
"Jurusan yang paling bagus apa?"
"Biaya pendaftarannya berapa sih?"
"Biaya per semesternya berapa?"
"Nanti kalo udah lulus langsung kerja di T**kom ya?"
"Tes-nya susah ga sih?"
"Ada asramanya ga?"
"Pelajarannya susah-susah ga?"
"Alumninya udah pada kerja dimana aja?"
"Kalo mo masuk STT****om ujiannya apa aja?"
"Harus pinter ya Kak?"
"Ada sistem DO ga"
"Kalo dari IPS bisa masuk sini?"
"Buat aku, mending masuk jurusan apa ya?"
"Bagi souvenirnya donk!!" Eiits....yang terakhir ini bukan pertanyaan tapi nodong! (^_^)v

Mereka ini anak kelas 3 smu yang sedang menunggu nasib kelulusan UAN.

Yang dapat aku tangkap dari pertanyaan2 mereka dan raut muka yang terpancar, sebenarnya mereka masih bingung untuk menentukan pilihan.
Banyak sekali tekanan yang mereka pikul pada saat mereka harus menentukan pilihan, mulai tuntutan harus masuk Univ negeri, harus teknik, harus cepet dapet kerja, dsb...

Supaya aku bisa lebih fokus menjawab pertanyaan mereka, aku balik tanya "Emang hobimu apa?". Diberi pertanyaan ini, mereka agak bingung untuk menjawab dan akhirnya mereka menjawab dengan hobi2 yang klise "Nonton film, dengerin musik, baca komik" That's it!!
"Kamu emang minat di teknik ya??" tanyaku.
"Habis ortu pengen saya masuk teknik, Kak. Soalnya anak teknik itu cepet dapet kerja."
Weks!! Ga salah nih?? Aku tanya ke dia malah dijawab ttg ortunya.

Pertanyaan terakhirku "Cita-citamu apa?"
Mereka langsung diam dan bingung untuk menjawab... setelah sekian detik, mereka menjawab "Cepet dapet kerjaan!"
Sungguh suatu jawaban yang umum dan tidak spesifik menurutku.

Padahal dari kecil mereka sudah ditanya oleh orang tua dan saudara2, "Besok kalo udah gede mau jadi apa?"
Ternyata pertanyaan itu hanya berlaku buat anak kecil dan hanya sekedar pertanyaan basa basi supaya kita bisa berkomunikasi dan mendapatkan perhatian dari anak kecil. *Semoga aku salah...*

Aku pun sempat kehilangan orientasi pada saat aku masuk bangku SMP karena aku bener2 lupa dengan cita-citaku. Akhirnya aku menetapkan resolusi baru dengan cita-citaku pada saat aku masuk bangku smu.

Di film-film Hollywood kita sering melihat kisah anak-anak yang bener2 setia dengan cita2nya dan berjuang untuk mencapainya.
"I wanna be a jet pilot!"
"I wanna be a football player!"
"I wanna be a fireman!"
"I wanna be a F1 racer!"
dan lain sebagainya.
Mereka sungguh benar2 intens untuk mencapainya, dan terbukti di negara2 maju menghasilkan banyak sekali ahli dalam bidang apapun.

Ada apa dengan pendidikan kita ini? Mengapa mereka bisa sampai lupa akan cita-cita masa kecil mereka?

Jangan-jangan Anda juga lupa dengan cita-cita Anda dulu...

3 comments:

Anonymous said...

Hehe.. cita2 ya??

Seingatku, aku ga pernah dituntut ortu buat punya cita2. Akibatnya, cita2ku lebih bersifat jangka pendek.
Awal kelas 3 smp mikirin mau lulus dengan nilai terbaik, akhir kelas 3 smp baru milih2 smu. Kelas 1 smu punya target dapet nilai bagus di raport, dst. Sampai awal semester 8 pun aku juga tetep ga tau, kl ditanya,
"Ntar lulus mau kerja apaan n dimana?"
Pas harus bikin makalah tentang cita2 di sebuah matakuliah di semester terakhir, baru deh aku survei lewat internet, baca koran, tanya2 temen n milih kerjaan yang kira2 paling cocok buatku. Hehe.

Ga salah kan?? Cita2 jangka pendek terasa lebih 'riil' buatku. Mungkin berkaitan juga dengan sifatku yang 'pelupa'. Kalo punya cita2 jangka panjang, jangan2 ntar malah lupa di tengah jalan. Hihihi.

Ngomong2 soal cita2 dan rencana, biarpun cita2 yang kupunya cuma jangka pendek bukan berarti aku ga punya rencana tentang masa depanku. Rencana bikin aku tau aku harus menghadap ke mana, melangkah ke arah mana (n bareng siapa), ambil langkah kecil2 ato langkah lebar, pake cara apa biar sukses sampai tujuan, dll.

Buatku, kalau aku udah punya rencana dan sudah berjuang untuk melakukannya sebaik mungkin.. apapun hasilnya, aku bangga. Ga ada penyesalan, bahkan kalau ternyata rencanaku gagal total atau malah membawaku ke kehancuran. Yang mungkin membuatku menyesal justru jika aku melakukan sesuatu tanpa rencana dan akhirnya gagal.

*loh, ngasih comment kok malah curhat. udah ah..*

Anonymous said...

Bukannya 'lupa' akan cita-cita waktu kecil, tapi 'meleset' atau dibilang 'kepleset' sich iya, Brur...
niat mo jadi 'koruptor', eh malah jadi 'bajak laut', jadinya yaa sekarang mbajak aja kerjaannya...

why said...

Dulu waktu masih SD cita2ku pengen jadi dokter (standar lah anak SD, tapi bukan ikut2an lho...)

Trus pas awal-awal SMU dulu sempat pengeeeeeeeen banget jadi pembaca berita di TV, kayaknya enak banget n membanggakan gitu. Sayang, ga kesampean, mungkin tampangnya kurang menjual kale ya, he3

Akhirnya karena ikut kemauan Mama, setelah lulus SMU daftar ke STT (pake acara dipaksa-paksa tuh). Padahal dulu pengennya daftar ke STAN tapi kata mama 'jangan, rawan ama fitnah'. So... here I am now, pursuing a dream to make my mom happy...

Kayaknya itu deh cita-citaku, apapun asal Mama bangga, spesifik gak sih ???