Daisypath Anniversary tickers

May 11, 2007

Samin "Masuk" Bioskop

Beberapa bulan lalu (terakhir kali pulang ke Semarang), aku sempet baca liputan tentang komunitas Samin di harian Suara Merdeka. Belum sempet posting tentang ini, hari ini 'nemu' berita yang ga kalah mengejutkan: "Komunitas Samin Bakal Tayang di Bioskop"! (http://www.antara.co.id/arc/2007/4/23/komunitas-samin-bakal-tayang-di-bioskop/)

Trus, nemu juga sebuah buku tentang komunitas ini yang diterbitkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yg berjudul: "Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa Tengah". (http://www.tembi.org/perpus/2004_12_perpus01.htm)

Samin adalah komunitas yang mendiami sejumlah kawasan di daerah antara Kabupaten Pati dan Blora, Jawa Tengah. Tapi sumber lain juga mengungkapkan bahwa komunitas ini juga tinggal menyebar sampai Bojonegoro. ga tau deh, mana yang bener! Ajaran yang mereka pegang dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari cenderung dianggap aneh oleh orang-orang awam. Orang Samin dianggap unik karena sejarah panjangnya. Istilah "wong samin" bila diucapkan ke seseorang, maknanya negatif. Konotasi yang muncul adalah: orang polos, jujur, dan nyentrik.

Sebagian pustaka menganggap ajaran saminisme muncul sebagai reaksi kesewenang-wenangan Belanda. Orang Samin membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri.

Sebutan lain untuk orang Samin ini adalah Wong Sikep(orang yang selalu waspada), atau Wong Kalang (orang yang memiliki ketidakrasionalan pikiran, keeksentrikan perilaku, dan ketidaknormalan bahasa). Tetapi, sesama orang Samin saling menyapa: Sedulur Tuwo.

Beberapa kebiasan Sedulur Tuwo ini yang sering dianggap aneh:
- Menganut agama Adam.
- Tidak menempuh pendidikan formal.
- Berdagang dilarang, karena ada unsur "ketidakjujuran". Kebutuhan terpenuhi dengan barter.
- Ga mau bayar pajak karena ga merasa berutang pd negara.
- Menolak pakai celana panjang.
- dll

Tapi beberapa sumber juga menyatakan bahwa tradisi ini mulai luntur dan tersentuh modernisasi. Walau mulai menggunakan peralatan berteknologi, misalnya sepeda motor, mereka tetap memegang teguh ajaran leluhur tentang kejujuran.

Komunitas Samin adalah kekayaan budaya, aset di antara ribuan ragam kultur masyarakat Indonesia, begitu kata seniman WS Rendra. Rendra mengaku kagum akan budaya dan cara hidup orang Samin, yang mencintai kerukunan, kejujuran, dan kebaikan.

Jadi penasaran deh, bakal seperti apa film yang diusungnya. Cerita biasa dengan latar budaya samin, atau kisah dokumenter masyarakat samin, atau .. ?

3 comments:

Guntur said...

Acungkan jempol untuk masyarakat Samin...

Meskipun orang lain bilang kalian 'bego' ato 'bodoh' atau apapun sebutan negatif yang lain, tapi menurutku kalian adalah manusia2 yang masih murni, polos, jujur n ga munafik...

Seandainya aku bisa seperti itu... *oops!* jangan deng...
Ambil nilai2 positipnya aja... Okay!?!?

Anonymous said...

Hidup orang Samin...!!!
Andai kata mayoritas orang Indonesia bertingkah dan berbudi luhur, bermental jujur dan tepo saliro, hidup saling menghargai, tidak konsumtif dan materialistis, nggak egois dan individualistis kapitalistis, nggak munafik, takut akan Tuhan, wah.... dijamin pasti keren dan top habis dah...
Tapi sayang, beribu sayang... Mentalnya kebanyakan jadi 'koruptor', 'munafik', 'bajak laut', 'materialistis', 'kapitalis' de el el yg pokoke kebanyakan bikin bangsa kita ancur-ancuran.
Mental koruptor--->korupsi waktu dan nggak disiplin, ex: sering bolos, datang telat end molor jadwal.
Munafik--->ngomong nggak suka tp ternyata...suka. Nggak bisa dipercaya 100% omongan dan tindakannya.
Bajak laut--->maksudnya suka niru-niru dan plagiat. Apa sich yg nggak bisa di'bajak' disini? Mulai kaset, buku, film yg belum tayang dibioskop (coba cari di pasar kembang bdg or glodok mangga dua jkt), software, de el el, bahkan ampe duit palsu.
Tugas Akhirpun ada yg 'palsu' alias hasil mem'bajak', nah lho...
Materialistis dan kapitalis--->hari gini apa sich yg nggak diukur ama duit. Orang-orang pada ngeliat 'penampilan luar' yang 'keren' habis. Tongkrongan, kerjaan, pendidikan, pokoke hampir semua aspek gaya hidup udah dikuasai ama yg namanya budaya kapitalis. Liat aja yg namanya celotehan :
Mas, kerja dimana? Di Txxkom. Wah, gajinya gedhe dong...?
Atau
Mas, kuliah dimana? Lulusan dari mana? Sxx. Wah, masuk dan lulusnya susah yaa...? Yg jelas sich mahal biaya kuliahnya...
Atau
........................ Ah, jiijaaii deh ndengerinnya..

Anonymous said...

Brur, kalo 'cinta palsu' itu masuk ke kategori mana yach....???