Daisypath Anniversary tickers

Jan 8, 2007

Aku takut.. Tuhan!

S'gala yang ada dalam hidupku
kusadari semua milik-Mu
ku hanya hamba-Mu yang berlumur dosa..

Tuhan.. aku takut!
Berat sekali mengakui, semua ini milik-Mu!
Segala indah yang Kau beri, selalu kusombongkan sebagai milikku.
Tiap keberhasilan, kemenangan, kebanggaan selalu membuatku pongah.
Jangankan menengadah memandang dan mengagumi-Mu, menunduk menutup mata dan bersyukur-pun aku tak sepenuh hati.

Aku takut..
Kebahagiaan demi kebahagiaan terus Kau beri dan kautambahkan di atas kakiku yang tak mampu lagi berjalan lurus menanggung beratnya beban hatiku. Sukacita demi sukacita silih berganti hadir di hariku, membuatku terus bertanya, "layakkah aku menerimanya?" "benarkah ini berkah dariMu, atau hanya awal dari kehancuran yang akan segera datang?"
Sakit hati dan duka hari kemarin telah menguap di terik mentari pagi ini, seringan langkah riangku menyambut hari baru dengan senyum yang Kauukir di wajahku. Semudah itu-kah Tuhan, kauhapus air mataku dan menggantinya dengan senandung riang? Sedemikian tidak berharga-kah sukacita dan tawa-ku kemarin hingga saat semuanya berlalu dengan derai air mata, semudah itu kulepaskan dan berlalu? Akan-kah bahagia hari ini juga pergi semudah tawa kemarin?

Aku tahu..
Semua itu salahku. Aku sendiri yang membawa air mata dan duka di akhir hari kemarin. Aku sendiri yang berbuat salah dan membuat semuanya berlalu dari hadapanku. Aku sendiri yang berdosa dan membuatku jauh dari-Mu (walau kutahu pasti Kau tak pernah jauh dariku..). Aku tahu..

Aku tahu, Tuhan!
Seharusnya aku tidak takut. Toh semua ini milik-Mu. Kalau aku mampu bersyukur saat kebahagiaan ini datang, seharusnya aku mampu bersyukur pula saat Kau ambil kembali dari hatiku. Bila aku tertawa tergelak-gelak saat kauuntai kisah kemenanganku, seharusnya aku mudah melepasnya bila masa itu harus berlalu.

Aku takut.. Tuhan!
Betapa tlah kusia-siakan berkat-Mu kemarin, kugoreskan dosa di sela-sela tawa yang Kauciptakan. Kuakhiri dengan angkuh, saat keindahan yang kauukir di hariku mulai terkikis rintik hujan, yang juga datang dari-Mu. Kuusir dengan mata terpejam, saat senyum yang kaupahat di wajahku mulai membuatku lelah.
Betapa cerah mentari kemarin yang membuatku bercahaya tlah kunodai, kuoleskan lumpur di sekujur tubuhku hingga tak lagi kukenali diriku sendiri.

Saya mengaku kepada Allah yang Maha Kuasa, bahwa saya berdosa.. dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa..

Tuhan, aku takut!
Aku takut Engkau lelah menghadapi kenakalanku. Aku takut Kau tak lagi tersenyum melihatku meringis menahan sakit yang kubuat sendiri. Aku takut tak lagi Kau ulurkan tangan tuk angkat ku dari keterpurukanku. Aku takut [lagi-lagi] Kau ambil kebahagiaan ini dariku saat ku tak siap. Aku takut kakiku kan goyah saat Kau ambil 'beban' kebahagiaan ini dari hatiku. Aku takut ku takkan sanggup lagi menatap dunia jika keindahan yang lebih indah dari segala indah ini harus pergi lagi..

Tuhan, aku takut! Meski kutahu itu tak perlu.. Aku takut, Tuhan!

1 comment:

Guntur said...

Takut itu perasaan yang wajar, artinya kita masih bisa berpikir 2-3 kali atau lebih...
Orang yang tidak mengenal rasa takut justru berbahaya, tapi jangan jadikan rasa takut sebagai alasan untuk mundur.
Jadikan rasa takut sebagai kewaspadaan sehingga kita bisa selalu siap dengan resiko-resiko yang akan muncul jika ketakutan itu benar-benar terjadi.
Jadi, janganlah takut tetapi teruslah waspada...
Oleh karena itu orang tua atau orang yang menyayangi kita selalu mengatakan "Hati-hati yaaa..." (baca: tetaplah waspada)